Kamis, 14 Juli 2011

Do'a

I.             MUQODDIMAH


Do’a mempunyai kedudukan yang agung di sisi Allah. Ia merupakan amalan yang paling mulia menurut Allah serta dapat menolak taqdir oleh karena itu semua makhluq khususnya kaum muslimin amat me-merlukan sang Kholiq dan membutuhkan apa yang ada di sisi-Nya, sebagaiman riwayat sebuah hadits:

اَلدُّعَاءُ مُخُّ اَلْعِبَادَةِ

“Do’a adalah intinya ibadah.” [1]

Sungguh, betapa agungnya kedudukan do’a dan betapa mulianya pengaruhnya, maka dalam hal ini ada riwayat yang menjelaskannya

لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اَللَّهِ مِنَ الدُّعَاءِ

“Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di hadapan Allah SWT dari do’a.” [2]

 Sedangkan Allah Ta’ala Maha Kaya tidak memerlukan apa-apa dari mereka.

 .وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ ..

“….. dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak/membutuhkan (kepada-Nya)…. .” [3]

Allah Ta’ala telah mewajibkan kepada hamb-Nya untuk berdo’a

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku[1] akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina.” [4]

[1] Yang dimaksud dengan menyembah-Ku di sini ialah berdoa kepada-Ku.

Ayat ini ditafsirkan oleh Rosulullah dengan sabdanya

مَنْ لَمْ يَسْأَلْ اللَّهَ يَغْضَبْ عَلَيْهِ

“Siapa tidak memohon kepada Allah Ta’ala, maka Allah ‘Azza wa Jalla akam marah kepadanya.” [5]

Allah Ta’ala senang dengan permintaan hamba kepada-Nya dan mencintai mereka yang terus menerus meminta-Nya serta mendekatkan mereka kepada-Nya. Para shohabat Nabi SAW telah menghayati hal ini, maka tak seorangpun dari mereka meremehkan sesuatu untuk memohon kepada Allah Ta’ala. Dan mereka tidak mengadahkan permintaannya kepada seorang dari makhluq-Nya.




II.          TA’RIF


A.    Lughoh

Doa berasal dari kat a daa yaduu, yang berarti:

Memanggil, mengundang  =   دعَا ـُـ دُعَاءً ودَعوًى ودَعوَةً هُ : ناداهُ minta tolong kepada  =  دعا : استعانه  meminta, memohon  =  دعا (أو إليه)ـ  menamakan  =  دعا فُلانًا (أو به)ـ  meminta-menyuruh datang  =  دعا به : استحضره mendorong  =  دعا هُ إلى الأمرِ  menyebabkan, mendatangkan  =  دعا إلى كذا : سبّب mendoakan baik kepada  =  دعا له  mendoakan jelek kepada  =  دعا عليه  menangisi, meratapi  =  دعا المَيِّتَ : ندَبه

Dalam qur’an kata do’a ini banyak sekali muncul kurang lebih 224 kata dengan berbagai variasi. Dan dengan kata ini pula  dipakai oleh Allah SWT dalam memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk berdo’a. Diantara artinya sebagai berikut:

1.      Ibadah

وَلاَ تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لاَ يَنْفَعُكَ وَلاَ يَضُرُّكَ

 “Dan janganlah kamu berdo’a apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah...” [6]  

Berdo’a di sini berarti menyembah. Yakni janganlah kamu ibadah atau sembah selain daripada Allah Ta’ala, yaitu sesuatu yang tidak kuasa memberikan manfa’at kepadamu dan tidak dapat pula mendatangkan mudlorat kepadamu.

2.      Istighotsah

Istighotsah berarti mohon pertolongan kepada Allah SWT dalam keadaan genting/gawat/darurat

وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

 “.. dan berdo’alah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” [7]

Berdo’a di sini, berarti minta bantuan atau pertolongan

3.      Mas-alah/permintaan/permohonan

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

“Dan Tuhanmu berfirman:”Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu .. ” [8]

Kata berdo’alah di sini, berarti memohon atau permintaan

4.      Hiwaar/percakapan

دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ

“Do'a[1] mereka di dalamnya Ialah: "Subhanakallahumma"[2] …”  [9]

[1] Maksudnya: puja dan puji mereka kepada Allah.

[2] Artinya: Maha suci Engkau, Wahai Tuhan kami.

Ma’na do’a di ayat ini berarti adalaah percakapan

5.      Nidaa/memanggil

يَوْمَ يَدْعُوكُمْ فَتَسْتَجِيبُونَ بِحَمْدِهِ وَتَظُنُّونَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلاَّ قَلِيلاً

“Yaitu pada hari Dia berdo’a kamu, lalu kamu mematuhi-Nya sambil memuji-Nya dan kamu mengira, bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja.” [10]

Berdo’a di ayat ini mempunyai arti memanggil

6.      Atsna/memuji

قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا

“Katakanlah: "Berdo’alah Allah atau berdo’alah Ar-Rahman. dengan nama yang mana saja kamu seru, ….. ” [11]

Berdo’alah di sini mempunyai arti pujilah


B.     Isthilah

Do’a adalah permintaan tolong dari orang lemah lagi tak berdaya terhadap Zat yang maha Kuat lagi maha Kuasa.

Do’a juga berarti melahirkan kehinaan dan kerendahan diri serta menyatakan kehajatan/ke-perluan/kebutuhan dan ketundukkan kepada Allah Ta’ala.

Do’a adalah memohon sesuatu yang dihajati/dibutuhi serta berhasrat benar untuk memperolehnya kepada yang berhaq untuk dimohoni-Nya.

Do’a adaalah mengagungkan perasaan harap kepada Allah SWT agar terpenuhinya berbagai hajat/kebutuhan duniwi dan ukhrowi, terbebasnya dari berbagai musibah dan jauh dari berbagai keburukan dan segala hal yang dibenci baik urusan dunia maupun akhirat.

Do’a yaitu permintaan bantuan dari orang yang lemah dan tak berdaya lagi memerlukannya terhadap Robb yang Maha Kuat lagi Maha Kuasa, penghadapan lagi pengharapan terhadap Zat yang merubah-rubah keadaan dan yang mengatur segala urusan agar dihilangkannya bencana, diang-katnya cobaan terbebas dari kesempitan atau tercapainya harapan dan keinginan




III.       MASYRU’IYAH


A.    AL-Qur an

Sesungguhnya begitu banyak ayat dari al-qur an yang mana di dalamnya Allah Ta’ala memerintahkan para hamba-Nya untuk nerdo’a, di antaranya:

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperke-nankan bagimu. Sesung-guhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina.” [12]

فَلَوْلاَ إِذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا وَلَكِنْ قَسَتْ قُلُوبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan syaitanpun Menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.” [13]

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” [14]

قُلْ مَا يَعْبَأُ بِكُمْ رَبِّي لَوْلاَ دُعَاؤُكُمْ فَقَدْ كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ يَكُونُ لِزَامًا

“Katakanlah (kepada orang-orang musyrik): "Tuhanku tidak mengindah-kan kamu, melainkan kalau ada ibadatmu. (Tetapi bagaimana kamu beribadat kepada-Nya), Padahal kamu sungguh telah mendustakan-Nya? karena itu kelak (azab) pasti (menimpamu).” [15]


B.     AS-Sunnah

Kalau kita menengok ke hadits untuk dalil berdo’a ini juga amat banyak di antaranya:

لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اَللَّهِ مِنَ الدُّعَاءِ  

“Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di hadapan Allah ‘Azza wa Jalla daripada do’a.” [16]

الدُّعَاءُ هُوَ العِبَادَةُ

“Do’a adalah ibadah.” [17]

مَنْ لَمْ يَسْأَلْ اللَّهَ يَغْضَبْ عَلَيْهِ 

“Siapa tidak memohon kepada Allah Ta’ala, maka Allah ‘Azza wa Jalla akam marah kepadanya.” [18]

وَإِذَا سَأَلْتَ فَلْتَسْأَلْ اللَّهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ

“Jika engkau meminta maka mintalah hanya kepada Allah Ta’ala dan jika engkau memohon pertolongan maka mohon pertolonganlah hanya kepada Allah Ta’ala.” [19]

كَانَ يَوْمُ بَدْرٍ نَظَرَ رَسُولُ اللَّهِ صم إِلَى الْمُشْرِكِينَ وَهُمْ أَلْفٌ وَأَصْحَابُهُ ثَلاَثُ مِائَةٍ وَتِسْعَةَ عَشَرَ رَجُلاً فَاسْتَقْبَلَ نَبِيُّ اللَّهِ صم الْقِبْلَةَ ثُمَّ مَدَّ يَدَيْهِ فَجَعَلَ يَهْتِفُ بِرَبِّهِ .....

“Pada waktu perang Badar Rosulullah melihat jumlah pasukan orang-orang musyrik seribu, sementara jumlah pasukan Islam hanya tiga ratus sembilan belas orang. Maka Nabi menghadap kiblat sambil mengangkat tangan lalu Beliau berdo’a kepada Rabb-Nya:”.....” [20]


C.     Qoul Salaf

Shohabat Nabi SAW, banyak sekali yang mengamalkan/mengerjakan atau memanjatkan do’a. Diantara para shohabat yang berkomentar tentang do’a, adalah sebagai berikut

1.      ‘Umar bin Khothob

إنِّي لاَ أَحْمِلُ هَمَّ اْلإِجَابَةِ وَإِنَّمَا أَحْمِلُ هَمَّ الدُّعَاءِ فَإِذَا أُلْهِمْتُ الدُّعَاءَ فَإِنَّ اْلإِجَابَةَ مَعَهُ

“Saya tidak menyangsikan diperkenankan do’a, tetapi saya me-nyangsikan do’a itu sendiri. Karena baranhsiapa yang memperoleh ilham untuk berdo’a maka jelas perkenan Allah SWT bersamanya.”

2.      Ibnu Qoyyim

“Sesungguhnya do’a adalah sebab yang terkuat dalam menolak segala hal yang dibenci dan mendapatkan segala yang diminta.”

3.      Al-Gojali

“Hendaknya seorang hamba tidak berdo’a kecuali dengan do’a-do’a yang ma’tsur (ada tuntunannya dari sunnah).”

4.      Ibnu Hajar

“Setiap pendo’a itu pasti akan dikabulkan do’anya. Akan tetapi pengabulan do’anya itu bermacam-macam bentuknya. Terkadang pengabulan do’a itu sesuai denagan apa yang dido'akannya itu dan terkadang ia mendapatkan pengganti yang sepadam dari apa yang dido’akannya itu




IV.       MACAM DO’A


Berdasarkan nash al-qur an dan hadits serta ta’rif bahwa do’a itu ada dua macam, yaitu:

A.    Ibadah

Do’a itu menunjukkan kepasrahan dan ketundukkan kepada Allah. Ini sesuai dengan firman-Nya

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ   

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas [*].” [21]

[*] Maksudnya: melampaui batas tentang yang diminta dan cara meminta.

Dalam ayat ini Allah menyuruh manusia berdo’a kepada-Nya. Dengan berdo’a berarti manusia telah beribadah dan menyembH Allah. Ma’na ibadah yang sesungguhnya adalah melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya. Jika perintah berdo’a itu dilanggar dengan berdo’a kepada selain Allah, maka ia dianggap menyembah obyek yang kepadanya ia berdo’a. Karena dengan bgitu ia telah menyampaikan obyek tersebut dengan Allah dan memberikan haq ibadah yang sebenarnya hanya layak diberikan kepada Allah Ta’ala.

Ada sebuah riwayah yang menjelaskan ini, yaitu:

الدُّعَاءُ هُوَ العِبَادَةُ

“Do’a adalah ibadah.” [22]


B.     Permintaan/Permohonan

Do’a yang dimaksud di sini adalah menunjukkan permohonan manfaat atau meminta dihindarkan daari bahaya. Ini sesuai dengan firman-Nya

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ

“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…. ” [23]

Dalam hal ini, kita tidak boleh memohon kepada makhluq yang sudah mati atau ghoib atau masih hidup untuk memenuhi kebutuhan atau mengeluarkan dari sesautu musibah. Ini pada masalah-masalah yang tidak dapat dilakukan dilakukan kecuali oleh Allah SWT.

فَدَعَا بِمَاءٍ فَتَوَضَّأَ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ فَقَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِعُبَيْدٍ أَبِي عَامِرٍ

“… Maka Rosulullah SAW air untuk berwudlu kemudian mengangkat tangannya lalu berdo’a:”Ya, Allah Ta’ala ampunilah dosa Lubaid bin ‘Amir”…..” [24]




V.          SYARAT DO’A


Syarat berasal dari kata syaratho  شَرَطَ  yang menurut kamus berarti

Mensyaratkan, memustikan kepadanya  =   شرَط ـُـ شَرطًا عليه menentukan syarat  =  شرَط و أشرط عليه في بيعٍ  meretas, membelah (kulit)  =  شرَط و شرّط الجِلدَ : بضّعه mengikat  =  شرّط الشيءَ : ربَطه  mengiris-ngiris, mengoyak-ngoyak  =  شرّط : مزّقه (عامية)ـ  Masdar dari fiil…  =   الشَرط : مصدر شرَطpenentuan syarat  =  الشَرط و الاشتراط : تعيين الشروطِ syarat, janji  =  الشَرط : واحد الشروطِ  tanpa syarat  =  بلا شرطٍ  yang rendah, hina  =  الشَرط : اللئيم السافِل  tanda, alamat  =  الشَرَط ج أشراط : العَلامَة pemulaan sesuatu  =  الشَرَط : أوّل الشيءِ saluran/aliran kecil  =  الشَرَط : مَسيل صغير  harta yang tak berarti, yang rendah hina  =  الشَرَط : رُذال المالِ، الدُونُ اللَئيم  orang rendahan, rakyat jelata  =  شَرَط الناسِ : رُذالُهم  orang terpandang, bangsawan  =  شَرَط الناسِ : أشرافُهم  pasukan terdepan dalam perang sebagai kelompok berani mati  =  الشُرطَة و الشُرَط

Kata ini di dalam qur-an hanya ada satu ayat saja, yaitu berada di surah Muhammad ayat 18 yang berbunyi

فَهَلْ يَنْظُرُونَ إِلاَّ السَّاعَةَ أَنْ تَأْتِيَهُمْ بَغْتَةً فَقَدْ جَاءَ أَشْرَاطُهَا فَأَنَّى لَهُمْ إِذَا جَاءَتْهُمْ ذِكْرَاهُمْ

“Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena Sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka Apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila kiamat sudah datang?” [25]

Syarat secara ishthilah adalah sesuatu yang menyebabkan adanya sesuatu yang laainnya tetapi sesuatu itu tidak termasuk bagian dari sessuatu yang lain tadi.


A.    Muwahhid/ikhlash

Ikhlash adalah menfokuskan pendekatan diri hanya kepada Allah saja, terlepas dari segala motivasi-motivasi jiwa lainnya, ucapan serta perbuatan seorang muslim hanya ditujukan kepada Allah dalam rangka memperoleh keridloaan-Nya tampa melihat penampilan, jabatan, gelar, maju atau mundurnya.

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلاَ تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا

“Dan Sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” [26]

فَادْعُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ

“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ibadat kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai(nya).” [27]

وَإِذَا سَأَلْتَ فَلْتَسْأَلْ اللَّهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ

“Jika engkau meminta maka mintalah hanya kepada Allah Ta’ala dan jika engkau memohon pertolongan maka mohon pertolonganlah hanya kepada Allah Ta’ala.”  [28]

Ibnu Rojab berkata:”Sesungguhnya hadits ini adalah maksud dari firman Allah Ta’ala:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

“Hanya Engkaulah yang Kami sembah dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan.” [29]

إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبَلُ مِنْ الْعَمَلِ إِلاَّ مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ  

“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak menerima amal kecuali dengan dan mengharapkan ridlo-Nya” [30]

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

 “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” [31]

Fudloil bin Iyad berkata ketika seorang bertanya kepadanya tentang ma’na ayat di atas, lalu beliau menjawab:

إِنَّ اْلعَمَلَ إِذَا كَانَ خَالِصًا وَلَمْ يَكُنْ صَوَابًا لَمْ يُقْبَلْ وَإِذَا كَانَ صَوَابًا وَلَمْ يَكُنْ خَالِصًا لَمْ يُقْبَلْ حَتَّى خَالِصًا صَوَابًا صَوَابًا خَالِصًا أَمَّا أْلخَالِصُ أَنْ يَكُونَ لِلَّهِ وَأَمَّا الصَّوَابَ أَنْ يَكُوْنَ عَلَى سُنَّتِي

“Sesungguhnya amal itu apabila ikhlash tapi tidak benar, maka tidak diterima. Dan sesungguhnya apabila amal itu benar tapi tidak ikhlash, maka tidak diterima sampai amal itu ikhlash lagi benar, benar lagi ikhlash. Adapun yang disebut ikhlash itu ialah amal yang dikerjakan karena Allah Ta’ala dan adapun yang benar itu harus mengikuti sunnah Nabi SAW. 


B.     Berwudlu

فَدَعَا بِمَاءٍ فَتَوَضَّأَ ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ فَقَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِعُبَيْدٍ أَبِي عَامِرٍ

“… Maka Rosulullah SAW air untuk berwudlu kemudian mengangkat tangannya lalu berdo’a:”Ya, Allah Ta’ala ampunilah dosa Lubaid bin ‘Amir”…..” [32]


C.     Mengahadap qiblat

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, ………” [33]

كَانَ يَوْمُ بَدْرٍ نَظَرَ رَسُولُ اللَّهِ صم إِلَى الْمُشْرِكِينَ وَهُمْ أَلْفٌ وَأَصْحَابُهُ ثَلاَثُ مِائَةٍ وَتِسْعَةَ عَشَرَ رَجُلاً فَاسْتَقْبَلَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقِبْلَةَ ثُمَّ مَدَّ يَدَيْهِ فَجَعَلَ يَهْتِفُ .....

“Pada waktu perang Badar Rosulullah SAW melihat jumlah pasukan orang-orang musyrik seribu, sementara jumlah pasukan Islam hanya tiga ratus sembilanbelas orang. Maka Nabi SAW menghadap kiblat sambil mengangkat tangan lalu Beliau berdo’a:”....” [34] 

اسْتَقْبَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْكَعْبَةَ فَدَعَا عَلَى نَفَرٍ مِنْ قُرَيْشٍ

“(Ketika Nabi sholat kemudian diletakkan kotoran dipundaknya oleh beberapa orang Quraisy) Nabi menghadap kearah kiblat kemudian ia berdo’a kepada Allah Ta’ala berkenaan dengan beberapa orang pembesar Quraisy (agar mereka mendapatkan kebinasaan)” [35]

خَرَجَ إِلَى الْمُصَلَّى يَسْتَسْقِي وَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَقَلَبَ رِدَاءَهُ 

“Pada suatu hari Nabi mendatangi lapangan ini untuk memunaikan sholat istisqo’, kemudian setelah beliau menunaikan sholat, ia berdo’a dan meminta kepada Allah Ta’ala agar di turunkannya hujan kemudian beliau menghadap kiblat sambil membalikkan selendangnya.” [36]


D.    ‘Amal sholih

فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَوَهَبْنَا لَهُ يَحْيَى وَأَصْلَحْنَا لَهُ زَوْجَهُ إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ

“Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepada-nya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengan-dung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas[*]. dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada kami.” [37]

[*] Maksudnya: mengharap agar dikabulkan Allah doanya dan khawatir akan azabnya.

إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ

“Sesungguhnya Allah  berfirman:”Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, maka telah mengumumkan peperangan kepadanya. Dan tidaklah seseorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku cintai dari apa-apa yang Aku wajibkan atasnya. Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri-Ku dengan melakukan amalan-amalan nafilah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku adalah pendengaran yang dengannya ia mendengar, penglihatannya yang ia lihat, tangannya yang dengannya ia memukul dan kakinya yang dengannya ia berjalan. Dan jika ia meminta keada-Ku, maka niscaya Aku akan mem-berinya dan jika meminta perlindungan kepada-Ku, maka niscaya Aku akan melindunginya…” [38]


E.     Tawassul

Tawassul berasal dari kata wasala yang merarti menurut kamus:

Membuat kebaikan yang mendekatkan dia kepada Allah  =  وسَل ـِـ وسيلةً إلى الله  beramal -sebagai- wasilah untuk mendekatkan diri kepada Allah  =  وسَل و وسّل و توسّل إلى الله : وسَل beramal -sebagai- wasilah untuk mendekatkan diri kepada Allah  =    وسَل و وسّل و توسّل إلى الله : وسَل  memohon  =  توسّل إليه : التمس

Ibnu Manzhur berkata:”Al-Wasilah berma’na al-qurbah atau pendekatan       وَسَّلَ فُلاَنٌ إِلَى اللهِ وَسِيْلَةً  Si fulan berantara kepada Allah Ta’ala dengan suatu wasilah, yaitu melakukan seatu perbuatan untuk mendekatkan diri kepada-Nya  وَتَوَسَلَ إِلَيْهِ وَسِيْلَةً   Bertawassul kepada-Nya dengan suatu wasilah, adalah mendekat kepada-Nya dengan suatu amal

Al-Fairuz Abadi berkata:  وَسَّلَ إِلَيْهِ تَعَالَى تَوْسِيْلاً Berperantara kepada-Nya dengan suatu perantaraa, yaitu melakukan perbuatan yang mendekatkan dirinya kepada-Nya sebagai suatu tawassul. Ar-Roghib al-Ashfahaniy berkata:”Hakikat dari al-wasilah kepada Allah Ta’ala adalah memperhatikan jalannya dengan ilmu dan ibadah serta menapaki kemuliaan syari’at seperti taqorub.” Al_Fayumiy berkata:”  وَتَوَسَّلَ إِلَى رَبِّهِ بِوَسِيْلَةٍ  Bertawasul kepada Robb-Nya dengan suatu wasilah, yaitu mendekat kepada-Nya dengan suatu amal.

Tawassul menurut syari’at adalah ibadah yang dengannya dimaksudkan tercapainya ridlo Allah Ta’ala dan surga.

1.      Asma wa shifat

وَلِلَّهِ اْلأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Hanya milik Allah asmaa-ul husna[*], Maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya[$]. nanti mereka akan mendapat Balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” [39]

[*] Maksudnya: Nama-nama yang Agung yang sesuai dengan sifat-sifat Allah.

[#] Maksudnya: janganlah dihiraukan orang-orang yang menyembah Allah dengan Nama-nama yang tidak sesuai dengan sifat-sifat dan keagungan Allah, atau dengan memakai asmaa-ul husna, tetapi dengan maksud menodai nama Allah atau mempergunakan asmaul husna untuk Nama-nama selain Allah.

Ma’na ayat ini menurut Al-Baghowiy:”Adalah bahwa Allah mempunyai nama-namayang indah, maka hendaknya kita berdo’a dan menyeru-Nya dengan nama-nama-Nya yang indah itu. Karena dalam lanjutan ayat tersebut dijelaskan tentang pelarangan pengingkaran dalam masalah Asma Allah, yaitu menamai Allah dengan sesuatu yang tidak dijelaskan oleh-Nya dalam Qur-an juga Rosul-Nya dalam hadist

اللَّهُمَّ إِنِّى ظَلَمْتُ نَفْسِى ظُلْمًا كَبِيرًا وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ فَاغْفِرْ لِى مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِى إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Ya Allah SWT, aku telah menganiaya diriku dengan penganiayaan yang besar. Dan tidak ada zat yang mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau, maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu. Dan rahmatilah aku, sesungguhnya Engkau adalah zat yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [40]

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ يَا أَللَّهُ اْلأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ أَنْ تَغْفِرَ لِي ذُنُوبِي إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Ya Allah SWT, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu wahai Allah yang Maha Esa lagi Tempat bergantung segala sesuatu, yang tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tidak ada yang setara dengan-Nya agar Engkau mengampuni dosa-dosa diriku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Lalu Nabi SAW, bersbda:

قَدْ غُفِرَ لَهُ قَدْ غُفِرَ لَهُ ثَلاَثًا

“Sungguh ia telah diampuni 3X.” [41]

يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ

“Wahai Zat yang Maha Hidup lagi Maha Mengurus hamba-Nya dengan rahman-Mu aku memohon pertolongan…” [42]

Tawasul jenis ini dibagi menjadi tiga, yaitu

a.       Asma Allah SWT

i.              ‘amm/umum

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَسْمَائِكَ اْلحُسْنَى ….

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dengan nama-nama-Mu yang Baik …. .” [43]

اللَّهُمَّ إِنِّى عَبْدُكَ وَابْنُ عَبْدِكَ وَابْنُ أَمَتِكَ نَاصِيَتِى بِيَدِكَ مَاضٍ فِىَّ حُكْمُكَ عَدْلٌ فِىَّ قَضَاؤُكَ أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِى كِتَابِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِى عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِى وَنُورَ صَدْرِى وَجِلاَءَ حُزْنِى وَذَهَابَ هَمِّى

 “Ya Allah SWT, aku adalah hamba-Mu, anak seorang hamba laki-laki-Mu, anak seorang hamba wanita-Mu, nasibku berada ditangan-Mu, ketetapan-Mu berlaku kepadaku, keputusan-Mu adalah adil terhadapku. Aku memohon kepada-Mu dengan setiap nama milik-Mu yang Engkau namakan diri-Mu dengan-Nya atau Engakau ajarkan kepada salah seorang dari makhluq-Mu atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu atau yang Engkau khususkan hanya untuk diri-Mu dalam ilmu goib di sisi-Mu, agar Engkau menjadikan qur-an yang agung sebagai hiburan jiwaku, cahaya daaku, pengobatan kese-dihanku dan pengganti kerisauanku.” [44]

أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ ….  

“Aku memohon kepada-Mu dengan segala nama yang Engkau miliki…. ” [45]

ii.            Khoshsh/khusus

Ketika I’tikaf pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadlon pada malam lailatul qord dianjurkan banyak membaca

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اْلعَفْوَ فَاعفُ عَنِّي

“Ya Allah, Engkau Maha Pema’af dan menyukai ma’af, maka ma’afkanlah aku.” [46]

اللَّهُمَّ إِنِّى ظَلَمْتُ نَفْسِى ظُلْمًا كَبِيرًا وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ فَاغْفِرْ لِى مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِى إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Ya Allah SWT, aku telah menganiaya diriku dengan penganiayaan yang besar. Dan tidak ada zat yang mengam-puni dosa-dosa kecuali Engkau, maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu. Dan rahmatilah aku, sesungguhnya Engkau adalah zat yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [47]

يَا غَفُوْرُ اغْفِرْ لِي يَا رَحِيْمُ ارْحَمْنِي اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اْلعَفْوَ فَاعفُ عَنِّي.

“Wahai ya Maha Pengampun, ampunilah diriku. Wahai yang Maha Penyayang, Rahmatilah aku. Ya Allah, Engkau Maha Pema’af dan menyukai ma’af, maka ma’afkanlah aku ..

b.      Sifat Allah Ta’ala

i.              ‘amm/umum

اللَّهُمَّ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ

“Wahai Zat yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluq-Nya dengan rahmat-Mu aku mmohon pertolongan.” [48]

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَسْمَائِكَ اْلحُسْنَى وَ صِفَاتِكَ الْعُلَى

“Ya Allah SWT, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dengan nama-nama-Mu yang Baik dan sifat-sifat-Mu yang Maha Tinngi.”

ii.            Khoshsh/khusus

أَعُوذُ بِعِزَّةِ الله وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأحَاذِرُ

“Aku berlindung dengan keperkasaan Allah Ta’ala dan kuasa-Nya dari keburukan apa yang aku dapatkan dan apa yang aku takuti.” [49]

Tawasulnya dengan sifat-sifat-Nya dari izzatullah atau keperkasaan Allah

اللَّهُمَّ بِعِلْمِكَ الْغَيْبَ وَقُدْرَتِكَ عَلَى الْخَلْقِ أَحْيِنِي مَا كَانَتِ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي  وَتَوَفَّنِي إِذَا عَلِمْتَ الْوَفَاةَ خَيْرًا لِي

 “Ya Allah, dengan ilmu-Mu yang goaib dan kekuasaan-Mu atas segala makhluq. Hidupkanlah aku selama Engkau mengetahui kehidupan itu lebih baik untukku. Dan wafatkanlah aku apabila Engkau mengetahui bahwa kematian itu lebih baik untukku.” [50]

Do’a ini adalah tawasul kepada Allah SWT dengan sifat-Nya al-ilm atau berilmu dan al-qudrah atau kuasa. Dan kedua sifat ini sesuai dengan apa yang diminta kepada Allah

c.       Perbuatan Allah Ta’ala

Maksudnya adalah berdo’a memohon sesuatu kepada Allah SWT kemudian bertawasul kepada-Nya untuk mewujudkan hal tersebut dengan melakukan perkara yang sama dengannya.

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ

“Ya Allah Ta’ala, berilah sholawat atas Muhammad SAW dan keluarga Muhammad SAW sebagaimana Engkau memberi sholawat atas Ibrohim dan atas keluarga Ibrohim.” [51]

Karena sholawat Allah SWT atas Ibrohim dan keluarga Ibrohim adalah di antara perbuatan-perbuatan-Nya

أَللَّهُمَّ كَمَا أَنْزَلْتَ عَلَيْنَا الْمَطَرَ فَاجْعَلْهُ غَيْثًا نَافِعًا

Ya Allah SWT, Sebagaimana Engkau menurunkan untuk kami air hujan, maka jadikanlah air hujan itu yang bermanfaat.

Ini merukan tawasul kepada Allah SWT dengan “menurunkan hujan” dan itu adalah perbuatan dari perbuatan-perbuatan Allah Ta’ala.” [52]

2.      ‘Amal sholih

إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ

“….kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik [#] dan amal yang saleh dinaikkan-Nya[*]…”  [53]

[*] Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa Perkataan yang baik itu ialah kalimat tauhid Yaitu laa ilaa ha illallaah; dan ada pula yang mengatakan zikir kepada Allah dan ada pula yang mengatakan semua Perkataan yang baik yang diucapkan karena Allah.

[#] Maksudnya ialah bahwa Perkataan baik dan amal yang baik itu dinaikkan untuk diterima dan diberi-Nya pahala.

رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلإِِيْمَانِ أَنْ آَمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآَمَنَّا رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ اْلأَبْرَارِ

“Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", Maka Kamipun beriman. Ya Tuhan Kami, ampunilah bagi Kami dosa-dosa Kami dan hapuskanlah dari Kami kesalahan-kesalahan Kami, dan wafatkanlah Kami beserta orang-orang yang banyak berbakti.”  [54]

‘Amal sholih amat banyak macamnya, di antaranya adalah seperti sholat, berbakti kepada kedua orangtua, menjaga hak dan amanah, bershodaqoh, dzikir, tilawah qur-an, sholawat dan cinta kepada Rosulullah SAW dan kepada para shohabat-shohabatnya dan lain sebagainya.

Dalam masalah ini, imam Bukhori juga menyebutkan kisah tiga orang yang terjebak dalam goa, akhirnya mereka bertawasul dengan amalan-amalan mereka yang paling dianggap sholih, sehingga batu besar yang menutup pintu goa terbuka dan mereka bisa keluar. [55]

خَرَجَ ثَلاَثَةٌ يَمْشُونَ فَأَصَابَهُمُ الْمَطَرُ فَدَخَلُوا فِي غَارٍ فِي جَبَلٍ فَانْحَطَّتْ عَلَيْهِمْ صخْرَةٌ قَالَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ ادْعُوا اللهَ بِأَفْضَلِ عَمَلٍ عِمَلْتُمُوهُ فَقَالَ أَحَدُهُمْ اللَّهُمَّ إِنِّي كَانَ لِي أَبَوَانِ شَيْخَانِ كَبِيرَانِ فَكُنْتُ أَخْرُجُ فَأَرْعَى ثُمَّ أَجِيءُ فَأَحْلُبُ فَأَجِيءُ بِالْحِلاَبِ فَآتِي بِهِ أَبَوَيَّ فَيَشْرَبَانِ ثُمَّ أَسْقِي الصِّبْيَةَ وَأَهْلِي وَامْرَأَتِي فَاحْتَبَسْتُ لَيْلَةً فَجِئتُ فَإِذَا هُمَا نَائِمَانِ قَالَ فَكَرِهْتُ أَنْ أُوقِظَهُمَا وَالصِّبْيَةُ يَتَضَاغَوْنَ عِنْدَ رِجْلَيَّ فَلَمْ يَزَلْ ذَلِكَ دَأْبِي وَدَأْبَهُمَا حَتَّى طَلَعَ الْفَجْرُ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا فُرْجَةً، نَرَى مِنْهَا السَّمَاءَ قَالَ فَفُرِجَ عَنْهُمْ وَقَالَ الآخَرُ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي كُنْتُ أُحِبُّ امْرَأَةً مِنْ بَنَاتِ عَمِّي كَأَشَدِّ مَا يُحِبُّ الرَّجُلُ النِّسَاءَ فَقَالَتْ لاَ تَنَالُ ذَلِكَ مِنْهَا حَتَّى تُعْطِيَهَا مَائَةَ دِينَارٍ فَسَعَيْتُ فِيهَا حَتَّى جَمَعْتُهَا فَلَمَّا قَعَدْتُ بَيْنَ رِجْلَيْهَا، قَالَتِ اتَّقِ اللهَ وَلاَ تَفُضَّ الْخَاتَمَ إِلاَّ بِحَقِهِ فَقُمْتُ، وَتَرَكْتُهَا فَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا فُرْجَةً قَالَ فَفَرَجَ عَنْهُمُ الثُّلُثَيْنِ وَقَالَ الآخَرُ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي اسْتَأجَرْتُ أَجِيرًا بِفَرَقٍ مِنْ ذُرَةٍ فَأَعْطَيْتُهُ وَأَبَى ذَاكَ أَنْ يَأْخُذَ فَعَمَدْتُ إِلَى ذَلِكَ الْفَرَقِ فَزَرَعْتُهُ حَتَّى اشْتَرَيْتُ مِنْهُ بَقَرًا وَرَاعِيَهَا ثُمَّ جَاءَ، فَقَالَ يَا عَبْدِ اللهِ أَعْطِنِي حَقِّي فَقُلْتُ انْطَلِقْ إِلَى تِلْكَ الْبَقَرِ وَرَاعِيهَا فَإِنَّهَا لَكَ فَقَالَ أَتَسْتَهْزِى بِي قَالَ فَقُلْتُ مَا أَسْتَهْزِى بِكَ وَلكِنَّهَا لَكَ اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغاءَ وَجْهِكَ فَافْرُجْ عَنَّا فَكُشِفَ عَنْهُمْ

“Dahulu sebelum kalian ada tiga orang berpergian, kemudian mereka kehujanan lalu mereka mencari tempat berteduh dan mereka mendapatkan sebuah gua yang dapat dimanfaatkan untuk berteduh maka merekapun masuk ke dalamanya. Tiba-tiba ada batu yang jatuh dari atas bukit yang menggelinding dan menutupi pintu gua itu sehingga mereka tidak dapat ke luar. Salah seorang di antara mereka berkata,”Sesungguhnya tidak ada yang dapat menyelamatkan kamu sekalian dari bencana ini kecuali bila kamu sekalian berdo’a kepada Allah dengan menyebutkan amal-amal yang sholih yang pernah kalian kerjakan. Salah seorang di anatar mereka berkata,”Ya Allah saya masih mempunyai ayah ibu yang sudah tua renta dan saya biasa mendahulukan memberi minuman susu kepada keduanya sebelum saya memberikannya kepada keluarga dan budak. Pada suatu hari saya terlambat pulang dari mencari kayu dan saya temui keduanya sudah tidur. Lalu saya memeras susu untuk persediaan minum keduanya. Karena saya mendapati keduanya sudah tidur, maka saya enggan untuk membangunkannya. Dan sayapun tidak akan memberi minum susu itu  menbaik kepada keluarga maupun kepada budak sebelum saya mem-beri minum kepada ayah ibu saya. Saya tunggu mereka hingga terbit fajar, barulah mereka bangun lalu saya berikan minuman susu kepada mereka, padahal sejak semalam anak-anak saya menangis terisak-isak dengan mengelilingi kaki saya. Ya Allah, jika apa yang saya lakukan itu karena mengharapkan keridloan-Mu, maka geserkanlah batu yang menutupi gua ini.”Maka bergeserlah sedikit batu itu, tetapi mereka belum bias ke luar dari gua.
Yang lain berkata:”Ya Allah, sesungguhnya saya mempunyai saudara sepupu yang saya cintai (pada riwayaat yng lain dikatakan,”Saya sangat mencintainya) sebagaimana lazimnya seorang lelaki mencintai seorang perempuan. Kemudian saya ingin berbuat zina dengannya, tetapi selalu ia menolaknya. Selang beberapa tahun ia tertimpa kesulitan kemudia dating kepadaku dan saya berikan uang seratus dua puluh dinar kepadanya. Dan ia sanggup menyerahkan dirinya untuk diperlakukan apa saja oleh saya kapan saja saya menginginkannya. (Pada riwayat lain dika-takan,’Kemudian ketika saya berada di antaranya kakinya ia berkata,’Takutlah kepada Allah, dan janganlah kamu sobekkan selaput daraku kecuali dengan jalan yang benar,”kemudian saya meninggalakannya, padahal dia adalah seseorang yang sangat saya cintai. Dan saya relakan emas/dinar yang saya berikan kepadanya. “Ya Allah, jika apa yang saya lakukan itu karena meng-harapkan keridloan-Mu, maka geserkanlah batu yang menutupi gua ini.”Maka bergeserlah batu itu, tetapi mereka masih belum juga bias ke luar dari gua.
Orang yang ketiga berkata,’Ya Allah, saya mempekerjakan beberapa karyawan dan mereka semua saya upah dengan sempurna kecuali ada sorang yang meninggalkan saya dan tidak mau mengambil upahnya terlebih dahulu. Kemudian upahnya itu saya kelola sehingga berkembang menjadi banyak. Selang beberapa lama lalu dia dating kepadaaku dan berkata,”Wahai hamba Allah, berikanlah upah saya yang dulu itu,”Saya berkata,”Semua yang kamu lihat itu, baik onta, sapi, kambing maupun budak yang menggembalakannya itu adalah upahmu.”Ia berkata,’Wahai hamba Allah, janganlah kamu permainkan saya,”Saya menjawab,”Saya tidaka mempermainkan kamu.”Kemudian iapun mengambil semuanya itu dan tidak meninggalkannya sedikitpun. Ya Allah, jika apa yang saya lakukan itu karena mengharapkan keridloan-Mu, maka geserkanlah batu yang menutupi pintu gua ini,”Maka bergeserlah batu itu dan merekapun bias ke luar dari dalam gua.”

3.      Orang sholih yang masih hidup

Tawassul kepada Allah dengan do’a orang sholih yang masih hidup seperti yang dilakukan para sahabat ketika Rosulullah masih hidup. Kemudian antara para sahabat sendiri, seperti dalam kisah Umar yang bertawassul kepada Abbas pamannya Rosulullah dan lain-lain

اللَّهُمَّ إِنَّا كُنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِينَا وَإِنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا

“Ya Allah Ta’ala, sesungguhnya kami dahulu bertawasul kepada-Mu  dengan Nabi kami lalu Engkau menurunkan hujan untuk kami. Dan sekarang kami bertawasul kepada-Mu dengan paman Nabi kami, maka turunkanlah hujan buat kami.“ [56]

Misalnya juga, ketika kita menyakini akan ilmu dan wara’nya seseorang, kemudian kita datangi dia untuk ziarah dan meminta kepadanya supaya mendo’akan kita dengan keselamatan dan kebahagian dunia dan akhirat.


F.      Mantab dan berazam kuat

إِذَا دَعَا أَحَدُكُمْ فَلْيَعْزِمْ الْمَسْأَلَةَ وَلاَ يَقُولَنَّ اللَّهُمَّ إِنْ شِئْتَ فَأَعْطِنِي فَإِنَّهُ لاَ مُسْتَكْرِهَ لَهُ

“Apabila salah seorang di antara kalian berdo’a maka hendaklah ia bersungguh-sungguh dalam permohonannya kepada Allah dan janganlan ia berkata:”Ya Allah, apabila Engkau sudi maka kabulkanlah do’aku ini,’ karena sesungguhnya tidak ada yang memaksa Allah.” [57]


G.    Shobar dan tidak tergesa-gesa

لاَ يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا اسْتِعْجَالُ قَالَ يَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيبُ لِي فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ

“Akan senantiasa dikabulkan do’a seorang hamba selama ia tidak berdo’a didalamnya dengan permohonan yang mengandung dosa/kema’siatan atau dimaksudkan untuk memutuskan silaturahmi atau ia tergesa-gesa dalam do’anya itu. Mereka/sahabat bertanya:”Apakah yang dimaksud dengan ter-gesa-gesa itu, ya Rosulullah?” Beliau menjawab:”Pendo’a itu mengu-capkan,’Aku telah berdo’a, ’Aku telah berdo’a; akan tetapi aku belum juga melihat bahwa do’aku dikabulkan.” Maka ketika itupun ia berhenti dan tidak lagi berdo’a.” [58]

يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي

“Sungguh, Seseorang diantara kalian akan senantiasa dikabulkan do’anya selama ia tidak tergesa-gesa. Ia berkata: Aku telah berdo’a akan tetapi do’aku belum juga dikabulkan” [59]


H.    Husnudz-dzon

ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِاْلإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ

“Berdo’alah kalian kepada Allah dalam keadaan yakin bahwa do’a kalian pasti dikabulkan, karena sesungguhnya Allah Ta’ala tidak akan mengabulkan do’a dari orang yang hatinya lalai lagi main-main.” [60]

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ حَيْثُ يَذْكُرُنِي

“Allah Azza wa Jalla berfirman:”Aku itu sesuai dengan persangkaan hambaku terhadap-Ku dan Aku bersamanya manakala ia mengingat-Ku.” [61]


I.       Inabah

Inabah ini akar katanya dari naaba yang berarti

Berulang kembali  =   ناب و أناب إليه : رجَع مرّةً بعدَ أخرَى kembali pada Allah, bertaubat  =  ناب و أناب إلى اللهِ : تاب   mewakilkan  =  أناب و نوّب : وكّل  Minyak kasturi  =   الأناب : المِسك

Maksud dari inabah ini adalah kembali dan berserah diri kehadirat Allah SWT dengan mengerjakan kethaatan dan menjauhi ma’siat.

وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ .

“Dan Kembalilah kamu kepada Tuhanmu, …..” [62]

أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ{ }وَقَالَ{ }ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ

“Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu baik dan Ia tidak me-nerima kecuali yang baik, dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada orang-orang mu’min itu seperti apa yang telah diperintahkan lepada para Rosul-Nya. Kemudian Rosulullah membacakan qur-an [63]

يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ

“Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya aku Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Lalu [64]

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” Setelah itu Rosulullah menyebutkan orang yang berjalan jauh dengan rambut yang kusut dan tubuh yang kotor yang mengadahkan kedua tangannya ke atas sambil berdo’a,’Ya Rabb, ya Rabb! Padahal orang tersebut makanananya haram, mi-numannya haram, pakainannya haram, dia diberi makan dengan barang haram, maka tidak mungkin dikabulkan do’anya.” [65]

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Sesungguhnya seorang hamba apaabila melakukan suatu keslahan, niscaya akan digoreskan pada hatinya satu titik hitam. Jika kemudian ia meninggalkan dosa itu dengan beristighfar dan bertaubat, hatinya akan kembali bersih. Jika dia mengulangi kembali, titik hitam itu akan ditambah hinnga akhirnya akan menutupi hatinya. Itulah penutup yang disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam firman- Az-Zumar/39: 54Nya:{”Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (Al-Muthoffifin/83:14)}.” [66]

Al-Qurthubiy dalam kitab tafsirnya mengatakan:”Betapa banyak dosa yang telah menutupi hati orang yang fajir, kemudian dia bertaubat kembali dari dosa yang telah menutupinya sehingga hatinya kembali bersih.”

Berkenaan dengan hal ini, maka ‘Umar bin Khothob berkata:”Dengan sikap waro’(menjauhkan diri) dari apa yang diharamkan Allah Ta’ala, maka Dia akan meneima do’a dan tasbih yang ditujukan kepada-Nya” Sebagian Salaf berkata:”Ketahuilah, sesungguhnya engkau tidak akan mendapati terlambatnya do’a dikabulkan, melainkan hal itu disebabkan karena engkau sendiri yang telah menutup pintu-pintunya dengan kemaksiatan”

Beginilah akibat kemaksiatan yang keburukannya telah merata dan meliputi seluruh tempat. Akan tetapi, orang yang lalai itu selalu lupa dan mereka akan selalu disibukan dengan kelalaian mereka.


J.       Penampilan lusuh/kumal

رُبَّ أَشْعَثَ أَغْبَرَ ذِي طِمْرَيْنِ مَدْفُوعٍ بِاْلأَبْوَابِ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ

“Boleh jadi orang yang rambutnya kusut, berdebu mempunyai dua baju yang lusuh dan pintu-pintu tertutup baginya namun jika ia bersumpah kepada Allah, maka Allah akan mengabulkannya.” [67]


K.    Hadirnya hati

إِعْلَمْ أَنَّ مَقْصُوْدَ الدُّعَاءِ هُوَ حَصُوْرُ اْلقَلْبِ كَمَا سَبَقَ بَيَانُهُ وَ الدَّلاَئِلُ عَلَيْهِ أَكْثَرُ مِنْ أَنْ تَخْصُرَ وِ اْلعِلْمُ بِهِ أَوْضَحَ مِنْ أَنْ يَذْكُرَ لَكِنْ نَتَبَرَّكَ بِذِكْرِ حَدِيْثٍ فِيْهِ

An-Nawawi dalam Al-Adzkar berkata:”Dan ketahuilah, sesungguhnya tujuan dari do’a adalah menghadirkan hati sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Adapun dalil-dalil berkenaan dengan ini amatlah banyak hingga tidak bias dibatasi dan tidak perlu lagi dijelaskan.” [68]

وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ

“…. bahwa do’a kalian pasti dikabulkan, karena sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan do’a dari orang yang hatinya lalai lagi main-main.”  [69]

مَنْ سَأَلَ اللَّهَ الشَّهَادَةَ مِنْ قَلْبِهِ صَادِقًا بَلَّغَهُ اللَّهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ وَإِنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ

“Barangsiapa yang memohon kesyahidan/mati syahid kepada Allah dengan jujur dari hatinya, niscaya Allah  akan mengantarkannya pada kedudukan para syuhada meskipun ia mati di atas tempat tidurnya.” [70]


L.     Suara lirih

ذِكْرُ رَحْمَةِ رَبِّكَ عَبْدَهُ زَكَرِيَّا * إِذْ نَادَى رَبَّهُ نِدَاءً خَفِيًّا

“(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhan kamu kepada hamba-Nya, Zakaria, * Yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut.” [71]

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

”Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas [*].” [72]  

 [*] Maksudnya: melampaui batas tentang yang diminta dan cara meminta.


يَا أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ فَإِنَّكُمْ لاَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلاَ غَائِبًا إِنَّهُ مَعَكُمْ إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ تَبَارَكَ اسْمُهُ وَتَعَالَى جَدُّهُ

“Sayangilah diri kalian, sesungguhnya kalian tidak berdo’a kepada Rabb yang tuli dan jauh. Sesungguhnya kalian berdo’a kepada Yang Maha Mendengar dan Maha Dekat. Dia lebih dekat kepada seseorang di antara kalian darripada punuk kendaraannya.” [73]

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَاْلأَصَالِ وَلاَ تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ  

”Dan sebutlah (nama) Tuhannmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu Termasuk orang-orang yang lalai.” [74]


M.   Merendah dan menjauhkan sombong

Tawadlu atau merendahkan diri adalah menundukkan hati kepada Allah dan merendahkan diri kepada makhluq lainnya, merasa tidak mempunyai kelebihan dari orang lain dan merasa tidak mempunyai hak atas orang lain.

Sombong atau kibr adalah karakter yang tersembunyi di nama semua amal perbuatan berasal darinya.

إِنِ الْحُكْمُ إِلاَّ لِلَّهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَعَلَيْهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُتَوَكِّلُونَ

“ …… keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nyalah aku bertawakkal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakkal berserah diri.” [75]

إِنَّ اَللَّهَ يُحِبُّ اَلْعَبْدَ اَلتَّقِيَّ اَلْغَنِيَّ اَلْخَفِيَّ

“Sesungguhnya Allah Ta’ala mencintai seorang hamba yang bertaqwa, selalu merasa cukup dan tidak menonjolkan diri.” [76]

Kata  اَلْخَفِيَّ di dalam hadits di atas, artinya orang yang tidak dikenal dan memutus diri dari manusia agar bias menfokuskan diri untuk beribadah serta sibuk dengan urusanurusannya sendiri. [77]

Dia tidak perduli dengan ketenaran di hadapan manusia atau ditunjuk sebagai penasihat atau dibicarakan manusia. [78]

Beliau adalah manusia yang tidak mau menonjolkan diri, tidak suka ketenaran dan tidak mau terikat dengan sesuatu karena suatu hal yang paling penting baginya adalah kecintaan dan keridloan Allah SWT kepadanya.

وَإِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لاَ يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلاَ يَبْغِ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ

“Sesungguhnya Allah Ta’ala mewahyukan kepadaku:”Bertawadlu’lah hingga seseorang tidak menyombongkan diri terhadap yang lainnya dan seseorang tidak menganiaya terhadap lainnya.” [79]

Imam Mujahid berkata :“Orang yang pemalu dan yang sombong tidak akan bisa belajar ilmu”.

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ كِبْرٍ وَلاَ يَدْخُلُ النَّارَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ

“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada seberat biji zarrah kesombongan. Dan tidak akan masuk neraka orang di dalam hatinya ada seberat biji zarrah keimanan.” [80]

الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

“Sombong itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” [81]

Kalimat  بَطَرُ الْحَقِّ dalam hadits ini, artinya menolak, mengingkari dan mengabaikannya setelah mengetahuinya.

أَنَّ رَجُلاً أَكَلَ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صم بِشِمَالِهِ فَقَالَ كُلْ بِيَمِينِكَ قَالَ لاَ أَسْتَطِيعُ قَالَ لاَ اسْتَطَعْتَ مَا مَنَعَهُ إِلاَّ الْكِبْرُ قَالَ فَمَا رَفَعَهَا إِلَى فِيهِ

Salamah bin Akwa’ meriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki yang makan dihadapan Rosulullah SAW dengan tangan kirinya, ‘Nabi bersbda,”Makanlah dengan tangan kananmu.” Lelaki itu menjawab, ”Aku tidak bisa.” Beliau berkata,’Pasti kamu bisa, karena tidak ada yang menghalanginya kecuali kesombongan.” Salamah berkata:”Akhirnya ia pun tidak jadi mengangkat makanan tersebut ke mulutnya.” [82]

Adapun kalimat  غَمْطُ النَّاسِ di dalam hadits tersebut, adalah meremehkan dan melecehkan mereka. Kapan saja seseorang meremehkan dan melecehkan manusia maka ia terjerumus di dalam sifat ujub dan hal ini termasuk penghancur terbesar dan perkara yang paling busuk.

الْمُهْلِكَاتُ ثَلاثٌ إِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ وَشُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبِعٌ

“Kebinasaan itu terdapat pada tiga perkara, yaitu seorang yang ujub terhadap diri sendiri, kedengkian yang diikuti dan nafsu yang diper-turutkan.” [83]




VI.       RUKUN DO’A


Rukun dalam kamus bahasa Arab mempunyai arti

Cenderung, condong  =   ركَن ـُـ ركونًا إليه : مال ووثِق به condong, cenderung kepada, mempercayai  =  ركَن و ركِن إليه : مال ووثِق به  berpegangan, bersandar pada  =  ركَن و ركِن إليه : اعتمد عليه  dapat dipercaya  =  يُركَن إليه  tenang, teguh  =  ركُن : كان وَقورًا رَزينًا

Tiang penopang, sandaran  =   الرُكن ج أركان و أركُن : العِماد والسَنَد kemuliaan, kekuatan  =  الرُكن : العِزّ والمَنَعَة  perkara besar  =  الرُكن : الأمر العظيم  bagian, unsur -elemen  =  الرُكن (من الشيءِ) : الجزء منه   sudut  =  الرُكن : الزَاوِيَة  dia salah seorang yang mulia -bangsawan- dari kaumnya  =  هو رُكن من أركانِ قومِه  tikus  =  الرَكن : الفأر  tikus besar  =  الرَكن : الجُرَذ

Rukun dalam qur-an muncul empat kali dari tiga surah dan juga dari empat ayat, yaitu:

وَلَوْلاَ أَنْ ثَبَّتْنَاكَ لَقَدْ كِدْتَ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئًا قَلِيلاٌ

“Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu Hampir-hampir condong sedikit kepada mereka.” [84]

وَلاَ تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ ثُمَّ لاَ تُنْصَرُونَ

“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim[*] yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.” [85]

[*] Cenderung kepada orang yang zalim Maksudnya menggauli mereka serta meridhai perbuatannya. akan tetapi jika bergaul dengan mereka tanpa meridhai perbuatannya dengan maksud agar mereka kembali kepada kebenaran atau memelihara diri, Maka dibolehkan.

 قَالَ لَوْ أَنَّ لِي بِكُمْ قُوَّةً أَوْ آَوِي إِلَى رُكْنٍ شَدِيدٍ

 “Luth berkata: "Seandainya aku ada mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluarga yang kuat (tentu aku lakukan).” [86]

فَتَوَلَّى بِرُكْنِهِ وَقَالَ سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ

“Maka Dia (Fir'aun) berpaling (dari iman) bersama tentaranya dan berkata: "Dia adalah seorang tukang sihir atau seorang gila.” [87]

Berdasarkan keterangan di atas maka rukun berma’na sesuatu yang menye-babkan adanya sesuatu yang lainnya dan sesuatu itu sendiri termasuk di dalamnya


A.    Kaliamt tawhid

وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ (#) فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ

“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam Keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), Maka ia menyeru dalam Keadaan yang sangat gelap[*]: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau, Sesung-guhnya aku adalah Termasuk orang-orang yang zalim.". Maka Kami telah mem-perkenankan doanya dan menyelamatkannya dari pada kedukaan. Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” [88]

[*] Yang dimaksud dengan Keadaan yang sangat gelap ialah didalam perut ikan, di dalam laut dan di malam hari.


B.     Tahmid dan sholawat

Tahmid berasal dari kata hamida yang mempunyai arti menurut kamus

Memuji, berterimakasih  =   حمِد ـَـ حَمدًا  bersyukur, berterimakasih kepada  =  حمِد هُ و حمَده : شكَره  memuji kepada  =  حمِد هُ : أثنى عليه   berkali-kali memuji kepada  =  حمّد اللهَ

Syukur, terima kasih  =   الحَمد : الشُكر  pujian  =  الحَمد : الثَنَاء  yang terpuji  =  الحَمد : المحمود  kerelaan  =  الحَمد : الرِضَا  yang berhak mendapat pujian, yang terpuji  =   الحَميد و المَحمُود  yang punya nama baik  =  حَميد (أو مَحمودٌ) السُمعَةِ

Tahmid secara syar’i berarti menyatakan puji dan syukur kita kepada Allah Ta’ala

Dalil yang menunjukkan bertahmid ini ada di dalam qur-an yang berbunyi

قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ وَسَلاَمٌ عَلَى عِبَادِهِ الَّذِينَ اصْطَفَى آَللَّهُ خَيْرٌ أَمَّا يُشْرِكُونَ

“Katakanlah: "Segala puji bagi Allah dan Kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik, ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia?.” [89]

Tahmid mempunyai keutamaan, di antaranya sebagai berikut:

1.      Memenuhi timbangan

قُلِ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلَأُ الْمِيْزَانِ

“…  dan alhamdulillah memenuhi timbangan ….” [90]

2.      Ucapan yang paling dicintai

أَحَبُّ الْكَلامِ إِلَى اللَّهِ أَرْبَعٌ  لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ  وَسُبْحَانَ اللَّهِ  وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ، لا يَضُرُّكَ بِأَيِّهِنَّ بَدَأْتَ

“Ucapan yang paling dicintai Allah Ta’ala ada empat hal, yaitu   إِلَهَ إِلا اللَّهُ ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ  وَسُبْحَانَ اللَّهِ  وَالْحَمْدُ لِلَّهِ  Engkau boleh memulainya dengan mana saja yang engkau kehendaki.” [91]

Sholawat berasal dari kata sholaa yang menurut kamus bahasa Arab berarti

Memanggang -daging  =   صلَى ـِـ صَليًا اللحمَ : شوَاهُ  memasukan ke dalam  =  صلَى فلانًا النارَ (أو فيها)ـ  menipu, memperdayakan  =  صلَى الرجلَ : خاتله وخدَعه  memasang jerat, jala  =  صلَى للصيدِ : نصَب له الشَرَكَ  memanaskan, melunakan, meluruskan dengan api  =  صلّى العُودَ بالنارِ  berdoa  =  صلّى : دعا   mendirikan shalat  =  صلّى : أقام الصلاةَ  semoga allah memberikan berkah dan rahmat kepada nabi muhammad saw  =  صلّى اللهُ على محمّدٍ النبيِّ Api, api besar  =   الصَلَى و الصَلاء : النارُ أو العظيم منها bahan bakar  =  الصلى و الصلاء : الوَقود

Sholawat berarti do’a, memberi berkah dan ibadah. Sedangkan sholawat mwnurut syara’ di bagi dua, yaitu umum dan khusus.

Sholawat umum ialah Sholawat Allah kepada hamba-Nya yang mu’min. Sedangkan sholawat khusus berarti sholawat Allah kepada rosul-rosul-Nya dan nabi-nabi-Nya, yang teristimewanya kepada Rosulullah SAW

Sholawat dari Allah SWT untuk hamba-hamba-Nya adalah rahmat, sedangkan sholawat-Nya kepada Nabi SAW adalah rahmat, keridloaan, sanjungan, kemuliaan dan penghormatan.

Sholawat Para malaikat kepada Nabi SAW adalah permintaan ampunan dan curahan rahmat. Sedangkan sholawat ummat kepada Nabi SAW do’a dan pengagungan terhadap ada perintahnya.

Sholawat diperintahkan oleh Allah Ta’ala di dalam qur-an, yang berbunyi

إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi[1]. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya[2].” [92]

[1] Bershalawat artinya: kalau dari Allah berarti memberi rahmat: dari Malaikat berarti memintakan ampunan dan kalau dari orang-orang mukmin berarti berdoa supaya diberi rahmat seperti dengan perkataan:Allahuma shalli ala Muhammad.

[2] Dengan mengucapkan Perkataan seperti:Assalamu'alaika ayyuhan Nabi artinya: semoga keselamatan tercurah kepadamu Hai Nabi.

Al-Bukhoriy meriwaytkan dari Abu ‘Aliyah berkata,”Sholawat Allah SWT adalah pujian-Nya untuk Nabi dihadapan para malaikat. Adapun sholawat para malaikat adalah do’a untuk Rosulullah”

Ibnu ‘Abbas berkata:”Bersholawat artinya mendo’akan supaya diberkahi.”

مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم

“Barangsiapa disebut namaku disisinya, maka ia hendaknya bersholawat kepadaku.” [93]

رَغِمَ أنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ

“Hinalah/celakalah seseorang yang disebutkan namaku di sisinya tapi ia tidak bersholawat kepadaku.” [94]

مَا جَلَسَ قَوْمٌ مَجْلِساً لَمْ يَذْكُرُوا الله تَعَالَى فِيهِ وَلَمْ يُصَلُّوا عَلَى نَبِيِّهِمْ فِيهِ إِلاَّ كَانَ عَلَيْهِمْ تِرَةٌ فَإنْ شَاءَ عَذَّبَهُمْ وَإنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُمْ

“Tidaklah duduk suatu kaum pada suatu majelis, tidak pula berzikir kepada Allah SWT, dan tidak juga bersholawat kepada Nabi SAW mereka kecuali mereka ditimpa kekurangan dan penyesalan pada hari kiamat. Jika Allah SWT menghendaki, maka Dia mengazab mereka dan jika Allah SWT menghendaki, maka Dia mengampuni mereka.” [95]

بِحَسْبِ امْرِئٍ فِى اْلبُخْلِ أَنْ أَذْكُرَ عِنْدَهُ فَلاَ يُصَلِّى عَلَيَّ

“Terhitung bakhil bagi seseorang yang mendengarkan namaku dan tidak mengucapkan sholawat kepada-ku.” [96]

Sholawat ini telah ditetapkan keutamaannya, sehingga mendorong seorang muslim untuk selalu membacanya dan menyerukannya. Keutamaan sholawat di antaranya adalah

1.      Bertambahnya iman dan penyucian diri

صَلُّوا عَلَيَّ فَإِنَّهَا زَكَاةٌ لَكُمْ

“Bersholawatlah kepadaku, karena ia adalah penyucian bagi kamu.” [97]

2.      Pengampunan dosa dan dihilangkan kegelisahan

قلتُ يا رسولَ الله إني أُكِثرُ الصلاة عليكَ فكم أجعلُ لكَ من صلاتي قال ما شئتَ قلتُ الربعَ قال ما شئتَ وإن زدتَ فهو خير لك قلتُ النصفَ قال ما شئتَ وإن زدِتَ فهو خير لك قلت الثلثين قال ما شئتَ وإن زدتَ فهو خير لك قلتُ أَجْعَلُ لك صلاتي كُلَّها قال إذن تُكفَى هَمَّك ويُغْفَرُ لك ذَنبُكَ

Diriwayatkan dari ‘Ubay bin Ka’ab RA, ia berkata:”Ya Rosulullah, sesungguhnya aku memperbanyak sholawat kepadamu, maka berapa banyak aku harus bersholawat padamu?” Beliau menjawab:”Terserah kamu.” Aku bertanya, “Apakah seperempat?” Beliau menjawab:” Ter-serah kamu, namun jika kamu lebihkan maka akan lebih baik bagimu”, Aku berkata:” Setengah?” Beliau menjawab,” Terserah kamu, namun jika kamu lebihkan maka akan lebih baik bagimu”, Aku berkata:” Aku berkata:” Aku menjadikan semua sholawatku untukmu.’ Beliau bersabda:” Kalau begitu maka akan dihilangkan kesedihanmu dan diampuninya dosamu.” [98]

3.      Mendapatkan syafa’at

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ حِينَ يُصْبِحُ عَشْرًا وَ حِينَ يُمْسِى عَشْرًا أَدْرَكَتْهُ شَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barangsiapa bersholawat kepadaku ketika pagi hari sebanyak sepuluh kali, maka akan mendapat syafa’atku pada hari kiamat.” [99]

إن أوْلى الناسِ بي يوم القيامةِ أكثرُهم علىَّ صلاةً

“Orang yang paling utama bagiku pada hari kiamat adalah orang yang paaling banyak  bersholawat kepadaku.” [100]

Arti dari hadits ini adalah orang yang paling berhaq mendapat syafa’at Nabi dan paling dekat duduknya dengan Nabi SAW

4.      Mendapatkan sholawat dari Allah SWT dan malaikat

مَنْ صَلَّى عَلَيْكَ مِنْ أُمَّتِكَ صَلاَةً كَتَبَ اللَّهُ لَهُ بِهَا عَشْرَ حَسَنَاتٍ وَمُحِيَ عَنْهُ عَشْرُ سَيِّئَاتٍ وَرَفَعَهُ بِهَا عَشْرُ دَرَجَاتٍ وَقَالَ لَهُ الْمَلَكُ مِثْلَ مَا قَالَ لَكَ

“Barangsiapa dari ummatmu yang bersholawat kepadamu satu sholawat, maka Allah Ta’ala mencatat sepuluh kebaikan baginya, dihapuskan sepuluh kesalahan darinya, diangkat sepuluh derajat ba-ginya dan dijawab/dikembalikan untuknya yang sepertinya.” [101]
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صم ءَ ذَاتَ يَوْمٍ وَالسُّرُورُ يُرَى فِي وَجْهِهِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّا لَنَرَى السُّرُورَ فِي وَجْهِكَ فَقَالَ إِنَّهُ أَتَانِي الْمَلَكُ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَمَا يُرْضِيكَ أَنَّ رَبَّكَ يَقُولُ إِنَّهُ لاَ يُصَلِّي عَلَيْكَ أَحَدٌ مِنْ أُمَّتِكَ إِلاَّ صَلَّيْتُ عَلَيْهِ عَشْرًا وَلاَ يُسَلِّمُ عَلَيْكَ أَحَدٌ مِنْ أُمَّتِكَ إِلاَّ سَلَّمْتُ عَلَيْهِ عَشْرًا قَالَ بَلَى

“Bahwa pada suatu hari Rosulullah SAW datang dengan kecerian yang Nampak padaa wajahnya, maka mereka bertanya:” Ya Rosulullah, sesungguhnya kami melihat kecerian di wajahmu.” Beliau lalu ber-sabda:”Malaikat daatang kepadaaku, seraya berkata:”Ya Muhammad, apakah Kamu ridlo Allah SWT berfirman,’ Bahwa tidak seorangpun dari ummatmu yang bersholawat kepadamu kecuali aku bersholawat kepadaanya sepuluh kali. Dan tidaklah seorangpun dari ummatmu yang menyampaikan salam kepadamu kecuali Aku memberi salam kepdaanya sebanyak sepuluh kali?” Aku menjawab,”Ya.” [102]

اللَّهُمَّ إِنَّ لِلَّهِ مَلاَئِكَةً سَيَّاحِيْنَ فِى اْلأَرْضِ يُبَلِّغُوْنِي عَنْ أُمَّتِي السَّلاَمَ

“Sessungguhnya Allah Ta’ala memiliki malaikat yang berpetualang di bumi, mereka menyampaikan kepadaku salam dari ummatku.” [103]

5.      Dikenali sebagai ummat Nabi SAW

Sebagian ‘ulama menafsirkan sabda Rosul yang berbunyi:

وَ جُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِى الصَّلاَةِ

”Dan dijadikan kesenanganku pada sholat.” [104]

Dengan perbuatan melakukan sholawat kepadanya, sebagaimana diri-wayatkan bahwa sholawat adalah sebagai sebab Rosulullah mengenalinya ummatnya di telaga/haudh. Sebagaiman pula diriwayatkan di dalam atsar,”Sesungguhnya orang yang paling selamat pada hari kiamat dari pencekaman dan huru haranya adalah orang yang paling banyak bersholawat kepadaku.” [105]

6.      Dianjurkan pada hari jum’at

Bersholawat untuk Nabi SAW sangat dianjurkan terutama pada hari jum’at. Dan ia termasuk amalan yang paling utama untuk men-dekatkan diri kepada Allah SWT. Bertawasul dengan sholawat ketika berdo’a adalah dianjurkan. Sebab ia termasuk amal sholih, karena itu sebaiknya kita mengucapkan

وَ أَللَّهُمَّ بِصَلاَتِي عَلَى نَبِيِّكَ فَرِّجْ عَنَّي كُرْبَتِي …..  وَ صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ

“Ya Allah SWT, dengan sholawatku untuk Nabi-Mu, bukakanlah dariku kesusahanku …… Semoga Allah Ta’ala melimpahkan berkah dan keselamatan untuk Muhammad SAW dan keluarganya.

Showalat atau penghormatan dengan cara berdiri ada dua macam, yaitu yang diperbolehkan dan yang dilarang. Inilah penjelasannya secara rinci, sebagai berikut

1.      Diperbolehkan

Banyak hadits sholih dan perilaku shohabat yang menunjukkan diperbolehkannya berdiri untuk menyambut orang yang datang. Di antaranya adalah sebagai berikut

a.       menyambut tamu

Rosulullah berdiri menyambut putrinya Fathimah, jika ia datang menghadap kepada beliau, begitupun sebaliknya. Karena perbuatan demikian itu untuk menyambut tamu dan memuliakannya. Bahkan hal itu, merupakan perwujudan dari sabda Nabi SAW yang berbunyi

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِالله وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya.” [106]

b.      menolong

قُومُوا إِلَى سَيِّدِكُمْ فَأَنْزِلُوْهُ

“Berdirilah (untuk memberi pertolongan) pemimpin kalian.” [107]

Latar belakang turunnya hadits di atas adalah sehubungan dengan Sa’ad RA, pemimpin para shohabat Anshor yang terluka. Dalam kondisi seperti itu, Rosulullah memintanya agar ia memberi putusan hokum dalam perkara orang Yahudiy dari bani Quroydloh. Maka Sa’ad pun mengendarai himar/keledai, ketika sampai di tempat tujuan, maka Rosulullah SAW bersabda kepada orang-orang Anshor, قوموا الى سيدكم فانزلوه “Berdirilah (untuk memberi pertolongan) pemimpin kalian dan turunkanlah!”

Berdiri dalam situasi semacam ini adalah sangat dianjurkan dikarenakan untuk memolong Sa’ad sebagai pemimpin para shohabat Anshor yang terluka, turun dari punggung keledai sehingga tidak terjatuh. Adapun Rosulullah SAW tidk berdiri dan juga paraa shohabat yang laainnya.

c.       memberi kabar gembira

Diriwayatkan oleh Bukhoriy dan Muslim pada suatu waktu, Ka’ab bin Malik masuk ke dalam masjid sedangkan para shohabat lainnya sedang duduk. Demi melihat Ka’ab, Tholhah beranjak berdiri dan berlarian kecil untuk memberinya kabar gembira berkenaan dengan taubat Ka’ab yang diterima Allah SWT setelah hal itu didengarnya dari Nabi dikarenakan ia tidak berjihad diperang Tabuk. [108]

وَعَلَى الثَّلاَثَةِ الَّذِينَ خُلِّفُوا حَتَّى إِذَا ضَاقَتْ عَلَيْهِمُ اْلأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ وَضَاقَتْ عَلَيْهِمْ أَنْفُسُهُمْ وَظَنُّوا أَنْ لاَ مَلْجَأَ مِنَ اللَّهِ إِلآَّ إِلَيْهِ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

“Dan terhadap tiga orang[*] yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, Padahal bumi itu Luas dan jiwa merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” [109]

[*] Yaitu Ka'ab bin Malik, Hilal bin Umayyah dan Mararah bin Rabi'. mereka disalahkan karena tidak ikut berperang.

d.      musafir

Berdiri dalam hal ini juga diperbolehkan untuk menyambut orang yang baru pulang dari perjalanan jauh terutama haji. Dan juga mengantar dan menyabut para mujahid ketika berangkat dan pulang dari medan jihad.

2.      Dilarang

مَا كَانَ شَخْصٌ أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صم وَكَانُوا إِذَا رَأَوْهُ لَمْ يَقُومُوا لِمَا يَعْلَمُوا مِنْ كَرَاهِيَتِهِ لِذَلِكَ

“Tidak seorangpun yang lebih dicintai oleh para shohabat daripada Rosulullah SAW. Tetapi bila mereka melihat Rosulullah SAW datang/hadir dalam majelis, maka mereka tidak berdiri untuk beliau, ini dikarenakan mereka mengetahui bahwa Nabi membenci hal tersebut.” [110]

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَتَمَثَّلَ الرِّجَالُ لَهُ قِيَامًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ

“Barangsiapa yang suka dihormati manusia dengan berdiri untuknya, maka hendaklah ia mendiami tempat dudknya di neraka.” [111]

Terkadang kita mendengar dari sebagian para guru menerangkan bahwa Hasan penyair Rosulullah SAW pernah menyenandungkan syair

مَنْ قِيَامُ الْعَزِيْزِ عَلَيَّ فَرْضٌ

Berdiri untuk menghormati adalah wajib

Ini adalah tidak benar dalam perkara ini. Alangkah indah apa yang disenandungkan oleh Ibnu Baththoh al-Hambali, ia bersyair

وَإِذَا صَحَّتِ الضَّمَائِرُ مِنَّا  *  إِكْتَفَيْنَا أَنْ نَتْعَبَ اْلأَجْسَامَا
لاَتُكَلِّفْ أَخَاكَ اَنْ يَتَلَقَّا   *  كَ بِمَا يَسْتَحِلُّ فِيْكَ الْحَرَامَا
كُلُّنَا وَاثِقٌ بِوُدَّ مَصَافِيْهِ    *  فَفِيْمَ انْزِعَاجُنَا وَ عَلاَمَ

Jika benar hati nurani kita, cukuplah
   Kenapa harus badan berpayah-payah
Jangan bebani saudaramu saat bertemu
   Dengan menghalalkan apa yang haram untukmu
Setiap kita percaya terhadap kecintaan murni saudaranya
   Maka, karena dan atas dasar apa kita menjadi gelisah

Bacaan sholawat untuk Rosulullah SAW yang paling utama adalah yang beliau ajarkan kepada para shohabat, dengan sabdanya

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ  إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ  

“Ya Allah, limpahkanlah rahmat untuk Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan rahmat kepada Ibrohim dan keluarga Ibrohim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, limpahkanlah berkah untuk Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan berkah kepada Ibrohim dan keluarga Ibrohim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.” [112]

Minimal bacaan sholawat yang terpendek adalah

اللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ

“Ya Allah limpahkanlah rahmat dan salam untuk Nabi kami Muhammad.” [113]

Bacaan sholawat ini amat banyak sekali yang meriwayatkannya, untuk lebih jelas silakan lihat kitab Hishnul Muslim oleh Syaik Al-Qo’thoni dalam bab Sholawat atas Nabi SAW

Di dalam kitab al-Adzkar, An-Nawawi berkata:”Semua ulama sepakat dianjurkan memulai do’a dengan hamdallah dan memuji Allah kemudian membaca sholawat atas Nabi, begitu pula tatkala mengakhiri do’a.” [114]

Dari Fudlalah bahwasanya Rosulullah mendengar seseorang berdo’a di dalam sholatnya tidak mengucapkan hamdallah dan tidak bersholawat atas Nabi. Maka Rosulullah bersabda:”

عَجِلَ هَذَا ثُمَّ دَعَاهُ فَقَالَ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَمْجِيدِ رَبِّهِ جَلَّ وَعَزَّ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ صم َّ يَدْعُو بَعْدُ بِمَا شَاءَ

“Percepatlah, lalu Beliau memanggilnya dan berkata kepadanya atau kepada orang lain:” Apabila di antara kalian berdo’a/ bersholawat, maka mulailah dengan membaca hamdallah dan memuji Rabb yang Maha Tinggi dan Perkasa kemudian bacalah sholawat atas Nabi. Dan setelah itu berdo’alah sesuka hatinya.” [115]

بَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صم قَاعِدٌ إِذْ دَخَلَ رَجُلٌ فَصَلَّى فَقَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صم عَجِلْتَ أَيُّهَا الْمُصَلِّي إِذَا صَلَّيْتَ فَقَعَدْتَ فَاحْمَدْ اللَّهَ بِمَا هُوَ أَهْلُهُ وَصَلِّ عَلَيَّ ثُمَّ ادْعُهُ قَالَ ثُمَّ صَلَّى رَجُلٌ آخَرُ بَعْدَ ذَلِكَ فَحَمِدَ اللَّهَ وَصَلَّى عَلَى النَّبِيِّ صم فَقَالَ النَّبِيُّ صم أَيُّهَا الْمُصَلِّي ادْعُ تُجَبْ

“Ketika Rosulullah SAW dalam keadaan duduk-duduk masuklah seorang laki-laki kemudian ia sholat lalu berdo’a:”Ya Allah, ampunilah (dosaku) dan berikanlah rahmat-Mu kepadaku.” Maka Nabi bersabda:”Engkau telah tergesa-gesa wahai orang yang tengah berdo’a. Apabila engkau telah selesai melaksanakan sholat lalu engkau duduk berdo’a, maka terlebih dahulu pujilah Allah dengan pujian yang layak bagi-Nya dan bersholawatlah kepadaku kemudian berdo’alah.” Kemudian datang orang yang lain, setelah melakukan sholat dia berdo’a dengan terlebih dahulu mengucapkan pujian kepada Allah dan bersholawat kepada Rosulullah. Maka Nabi berkata kepadanya:”Wahai oraang yang tengah berdo’a, berdo’alah kepada Allah niscaya Dia akan mengabulkan do’amu.” [116] 

كُلُّ دُعَاءٍ مَحْجُوْبً حضتَّى يُصَلِّى عَلَى النَّبِيِّ

“Setiap do’a akan terhijab (tidak dikabulkan) sehingga pendo’a bersholawat atas Nabi (sebelum berdo’a).” [117]


C.     Jawami’u

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ يَسْتَحِبُّ الْجَوَامِعَ مِنْ الدُّعَاءِ وَيَدَعُ مَا سِوَى ذَلِكَ

“Rosulullah sangat menyukai berdo’a dengan do’a yang singkat & padat namun artinya luas dan tidak berdo’a dengan selain yang itu.” [118]


D.    Mengakui dosa yang diperbuat

إِنَّ اللهَ لِيَعَجَّبَ مِنَ اْلعَبْدِ إِذَا قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ إِنِّي قَدْ ظَلَمْتُ نَفْسِي فَأغْفِرْلِي إّنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ قَالَ عَبْدِي عَرَفَ إِنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ وَ يُعَاقِبُ

“Sesungguhnya Allah kagum kepada hamba-Nya apabila ia ber-do’a:”Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri, maka ampunilah dosa-dosaku karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa-dosa itu kecuali Engkau.’ Allah berfirman,”Hamba-Ku telah mengetahui bahwa baginya ada Rabb yang mengampuni dosa dan menghukum.” [119]


E.     Diulang tiga kali

وَكَانَ إِذَا دَعَا دَعَا ثَلاَثًا وَإِذَا سَأَلَ سَأَلَ ثَلاَثًا  

 “Apabila Rosulullah berdo’a , Beliau ulang sebanyak tiga kali dan apabila memohon, diulanginya sebanyak tiga kali juga …..” [120]



F.      Angkat tangan

Dalam masalah ini harus diperinci dan diperjelas, ini dikarenaka ada hadits yang masih diperdebatkan keshohihannya, yaitu:

إِنَّ رَبَّكُمْ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا

“Sesungguhnya Rabb kalian Maha Hidup lagi Maha Mulia. Dia malu dari hamba-Nya yang mengangkat kedua tangannya (meminta-Nya), dikembalikan dalam keadaan kosong tidak mendapat apa-apa.” [121]

Tatacara mengangkat tangan

Ibnu Abbas berpendapat bahwa cara mengangkat tangan dalam berdo’a

أَنْ تَرْفَعَ يَدَيْكَ حَذْوَ مَنْكِبَيْكَ أَوْ نَحْوَهُمَا وَاْلإِسْتِغْفَارُ أَنْ تُشِيرَ بِأُصْبُعٍ وَاحِدَةٍ وَاْلإِبْتِهَالُ أَنْ تَمُدَّ يَدَيْكَ جَمِيعًا قَالَ فِيهِ وَاْلإِبْتِهَالُ هَكَذَا وَرَفَعَ يَدَيْهِ وَجَعَلَ ظُهُورَهُمَا مِمَّا يَلِي وَجْهَهُ

 “Kedua tangan di angkat hingga sejajar dengan kedua pundak dan beristigfar berisyarat dengan satu jari, adapun ibtihal (istigosah) dengan mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi.” [122]

Imam Al-Qosim bin Muhammad berkata bahwa saya melihat Ibnu ‘Umar berdo’a di Qoshi dengan mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan pundaknya dan telapak tangannya dihadapkan ke arah wajahnya.”

1.      Sunnah

Maksud sunnah di sini adalah ada dalil, baik itu perkataan, perbuatan atau diamnya dari Rosulullah SAW begitu juga salaful ummah mengamalakannya. Diantaranya adalah:

a.       sholat istisqo’

Istisqo berasal dari kata  سَقَى  yang mempunyai banyak arti kalau kita melihatnya di kamus bahasa Arab, yaitu:

Memberi minum -kepada laki-laki  =   سقَى ـِـ سَقيًا الرجلَ memberi minuman air  =  سقَى و أسقَى الولدَ  mengairi  =  سقَى الزَرعَ أو الأرضَ mengeraskan logam  =  سقَى الحدَّادُ المَعدِنَ  mencela  =  سقَى هُ : عابه mengumpat -membusukan namanya di belakang  =  سقَى : اغتابه menurunkan  =  سقَى اللهُ الغَيثَ : أنزله  mencelup, mewarnai  =  سقَى الثَوبَ : اشربه صِبغًا  mengairi banyak-banyak  =  سقّى الأرضَ  berulang-ulang mencelup  =  سقّى الثوبَ

Berdasarkan di atas isti’qo mempunyai arti minta tolong di siram atau minta turun hujan

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ فَقَالَ هَلَكَتْ الْمَوَاشِي وَتَقَطَّعَتْ السُّبُلُ فَدَعَا فَمُطِرْنَا مِنْ الْجُمُعَةِ إِلَى الْجُمُعَةِ ثُمَّ جَاءَ فَقَالَ تَهَدَّمَتْ الْبُيُوتُ وَتَقَطَّعَتْ السُّبُلُ وَهَلَكَتْ الْمَوَاشِي فَادْعُ اللَّهَ يُمْسِكْهَا فَقَامَ صم فَقَالَ اللَّهُمَّ عَلَى اْلآكَامِ وَالظِّرَابِ وَاْلأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ فَانْجَابَتْ عَنْ الْمَدِينَةِ انْجِيَابَ الثَّوْبِ

“Ada seorang baduwiy datang kepada Rosulullah pada hari jum’at, lalu berkata:”Ya Rosulullah, sesungguhnya binatan ternak, ta-naman dan manusia banyak yang binasa karena kekeringan. Maka Rosulu-llah berdo’a sambil mengangkat kedua telapak tangan dan jama’ah berdo’a bersama beliau.” [123]



Cara mengangkat tangan dalam sholat istisqo

i.              Mengangkat kedua tangan dan mengarahkan kedua telapak tangan ke wajah

أَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ صم ْتَسْقِي عِنْدَ أَحْجَارِ الزَّيْتِ قَرِيبًا مِنْ الزَّوْرَاءِ قَائِمًا يَدْعُو يَسْتَسْقِي رَافِعًا يَدَيْهِ قِبَلَ وَجْهِهِ لاَ يُجَاوِزُ بِهِمَا رَأْسَهُ

“Umair maula Abi Lahm melihat Rosulullah berdo’a istisqo di Ahjari Zait dekat dengan Zaura’ sambil berdiri mengangkat kedua tangannya tidak melebihi di atas kepalanya dan mengarahkan kedua telapak tangan ke arah wajahnya.” [124]

ii.      Mengangkat tangan tinggi-tinggi dan mengarahkan luar telapak tangan ke arah langit dan dalam telapak tangan ke arah bumi

كَانَ لاَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِي شَيْءٍ مِنْ الدُّعَاءِ إِلاَّ فِي اْلإِسْتِسْقَاءِ فَإِنَّهُ كَانَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ حَتَّى يُرَى بَيَاضُ إِبِطَيْهِ

“Adalah Rosulullah tidak mengangkat tangannya pada sesuatu apapun dalam do’anya melainkan pada  saat berdo’a sholat istisqo dengan mengangkat tangan tinggi-tinggi dan menga-rahkan telapak tangan sebelah dalam ke arah bumi hingga terlihat putih ketiaknya.” [125]

b.      perang

 “Pada waktu perang Badar Rosulullah melihat jumlah pasukan orang-orang musyrik seribu, sementara jumlah pasukan Islam hanya tiga ratus sembilanbelas orang. Maka Nabi menghadap kiblat sambil mengangkat tangan lalu Beliau ber-do’a:”... ..” [126] 

c.       ke luar rumah

إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ ثُمَّ يَقُولُ بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ قَالَ يُقَالُ حِينَئِذٍ هُدِيتَ وَكُفِيتَ وَوُقِيتَ فَتَتَنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِينُ فَيَقُولُ لَهُ شَيْطَانٌ آخَرُ كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِيَ وَكُفِيَ وَوُقِيَ

“Apabila seseorang ke luar dari rumahnya kemudian berka-ta:”{ بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ }”Nabi bersabda “Ketika itu dikatakan:”Kamu telah diberi petunjuk, dipelihara dan dijaga maka syetan menjauh darinya, kemudian syetan lain berkata: Bagaimana kamu berbuat dengan lelaki yang telah diberi petunjuk dan telah dijaga serta dipelihara?” [127]

مَا خَرَجَ مِنْ بَيْتِي قَطُّ إِلاَّ رَفَعَ طَرْفَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ

“Tidaklah Rosulullah keluar rumahnya melainkan ia mengangkat tangan ke langit, lalu mengucapkan,“

اللَّهُمَّ أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُضَلَّ أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُزَلَّ أَوْ أَظْلِمَ أَوْ أُظْلَمَ أَوْ أَجْهَلَ أَوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ  

Ya Allah Ta’ala sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu jangan sampai aku sesat atau disesatkan (syaitan atau orang yang berwatak syaitan), berbuat kesalahan atau disalahi, menganiaya atau dianiaua (orang) dan bodoh atau dibodohi.” [128]

d.      selesai mengubur jenazah

إِذَا فَرَغَ مِنْ دَفْنِ الْمَيِّتِ وَقَفَ عَلَيْهِ فَقَالَ اسْتَغْفِرُوا لِأَخِيكُمْ وَسَلُوا لَهُ بِالتَّثْبِيتِ فَإِنَّهُ اْلآنَ يُسْأَلُ 

“Berdirilah untuk saudaramu dan mintalah kepada Allah untuknya keteguhan dan pengampunan karena dia sekarang sedang ditanya.” [129] 

e.       musafir

Musafir adalah berarti orang sedang dalam berpergian dan kata ini berasal dari  سَفَرَ  yang menurut kamus berarti:

Pergi, berjalan, bepergian  =   سفَر ـُـ سُفورًا : خرَج إلى السَفَرِ  terbuka -tidak tertutup mukanya, tidak bercadar  =  سفَر و أسفر تْ المرأةُ  bersinar, bercahaya, terang  =  سفَر و أسفر الصُبحُ  menyapu  =  سفَر البيتَ : كنَسه menulis  =  سفَر الكِتابَ : كتَبه  mendamaikan  =  سفَر بين القومِ  mencerai-beraikan memisah-misahkan  =  سفَر الشيءَ : فرّقه  mengirimkan  =  سفَر البريدَ : أرسله  menyalakan  =  سفّر النارَ : ألهبها  pergi, bepergian  =   سافر berlayar  =  سافر بَحرًا  terbang -melakukan perjalanan dengan pesawat terbang  =  سافر جَوًا  mati, meninggal dunia  =  سافر : مات   Bekas pada kulit atau lainnya  =   السَفر ج سُفور  laki-laki musafir  =  رجل سَفر  para musafir  =  السَفر : المسافِرون  perjalanan  =  السَفَر ج أسفار  pelayaran  =  سَفَر البَحرِ  waktu baru saja matahari terbenam  =  السَفَر (من الوقتِ)ـ kitab, buku  =  السِفر ج أسفار : الكِتابُ  bagian dari taurat  =  السِفر : جزء من التوراةِ  penulis  =  السافِر ج أسفار و سَفر : الكاتِب  isim fail dari …  =   السافِر : اسم الفاعل لسفَر  musafir  =  السافِر : المسافِر  penulis  =  السافِر ج أسفار و سَفر : الكاتِب  yang tidak tertutup wajahnya  =  السافر : كاشِف الوَجهِ

Musafir adalah orang yang sedang mengadakan perjalanan bersifat bukan rutinitas tetapi sifatnya kontenpoler, juga di dalamnya terkandung kesulitan ataupun tidak.

“..... kemudian Beliau menyebutkan seorang musafir yang mengadakan perjalanan jauh, yang kusut rambutnya lagi bajunya berdebu mengangkat kedua tangannya ke arah langit lalu ber-do’a:”Ya,Rbbi, Ya Rabbi tetapi makanannya haram, minumannya haram dan pakaiannya haram serta dari dagingnya tumbuh dari yang haram, bagaiman do’anya bisa dikabulkan.” [130]

إِذَا نَزَلَ أَحَدُكُمْ مَنْزِلاً فَلْيَقُلْ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ فَإِنَّهُ لَا يَضُرُّهُ شَيْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْهُ

“Jika diantara kalian tinggal di suatu tempat hendaknya membaca أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ  (Saya berlindung dengan kalimat Allah Ta’ala yang sempurna dari kejahatan semuamakhluq) maka dia tidak akan terganggu sesuatu hingga meninggalkannya.” [131]

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

“Ada tiga do’a yang pasti dikabulkan dan tidak ada keraguan menegenai hal itu: do’anya orangtua terhadap anaknya, do’anya seorang musafir dan do’anya orang yang terzalimi.” [132]

f.       gawat/genting

أَمْ مَنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ اْلأَرْضِ أَئِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلاً مَا تَذَكَّرُونَ

“Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia ber-doa kepadaNya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (ma-nusia) sebagai khalifah di bumi [*]? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya).” [133]

 [*] Yang dimaksud dengan menjadikan manusia sebagai khalifah ialah menjadikan manusia berkuasa di bumi.

 “Pada waktu perang Badar Rosulullah SAW melihat jumlah pasukan orang-orang musyrik seribu, sementara jumlah pasukan Islam hanya tiga ratus sembilanbelas orang. Maka Nabi SAW menghadap kiblat sambil mengangkat tangan lalu Beliau ber-do’a:”....”  [134]

g.      khuthbah jum’at yang kedua

Diriwayatkan dari Abu Burdah bin Abi Musa Al-Asy’ari, ia berkata:’Ibnu Umar bertanya kepadaku:

أَسَمِعْتَ أَبَاكَ يُحَدِّثُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صم فِي شَأْنِ سَاعَةِ الْجُمُعَةِ قَالَ قُلْتُ نَعَمْ سَمِعْتُهُ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صم يَقُولُ هِيَ مَا بَيْنَ أَنْ يَجْلِسَ اْلإِمَامُ إِلَى أَنْ تُقْضَى الصَّلاَةُ قَالَ اَبُو دَاوُدَ يَعْنِى عَلَى اْلمِنْبَرِ مسلم

“Apakah engkau pernah mendengar bahwa bapakmu pernah meriwayatkan suatu hadist dari Rosulullah SAW mengenai keadaan jum’at, yaitu waktu dimana do’a terkabul?”Aku (Abu Burdah) menjawab:”Ya, aku pernah mendengannya berkata:”Aku pernah mendengar Rosulullah SAW bersabda:”Waktu itu terjadi antara duduknya imam sampai selesai sholat jum’at.”Abu Dawud berkata:”Maksudnya imam di atas mimbar.” [135]

2.      bid’ah/dilarang

a.       selesai sholat fardlu

Syaik Baz menjawab pertanyaan permasalahan ini sebagai berikut:”Sepengetahuan saya tidak ada dalil dari hadist Nabi SAW maupun contoh dari para sahabat tentang berdo’a mengangkat tangan setelah sholat fardlu dan apa yang dikerjakan oleh seba-gian orang dalam hal ini adalah perbuatan bid’ah

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa yang mengada-ada sesuatu yang bukan dari ajaranKu, maka tertolak.” [136]

b.      do’a khuthbah kedua pada sholat jum’at

Ada pelarangan mengangkat tangan bagi khothib dan ma’mum dalam berdo’a dikhuthbah jum’at kedua, dikecualikan boleh do’a minta hujan

كَانَ لاَ يَرْفَعُ يَدَيْهِ فِي شَيْءٍ مِنْ دُعَائِهِ إِلاَّ فِي اْلإِسْتِسْقَاءِ وَإِنَّهُ يَرْفَعُ حَتَّى يُرَى بَيَاضُ إِبْطَيْهِ  

“Bahwa Rosulullah tidak pernah mengangkat kedua tangannya dalam suatu do’anya pun kecuali dalam istisqo’. Sebab Beliau mengangkat kedua tangannya sehingga kedua ketiaknya yang putih terlihat.”  [137]

Pada waktu berdo’a di khuthbah kedua hanya mengisyaratkan dengan telunjuk jari.

رَأَى بِشْرَ بْنَ مَرْوَانَ عَلَى الْمِنْبَرِ رَافِعًا يَدَيْهِ فَقَالَ قَبَّحَ اللَّهُ هَاتَيْنِ الْيَدَيْنِ لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صم  يَزِيدُ عَلَى أَنْ يَقُولَ بِيَدِهِ هَكَذَا وَأَشَارَ بِإِصْبَعِهِ الْمُسَبِّحَةِ

“Ia (Amarah bin Ru’aibah) nelihat tangan Bisyar bin Marwan di atas mimbar mengangkat kedua tangannya, maka Ia berkata:’Semoga Allah Ta’ala memburukkan kedua tangan tersebut. Sungguh Aku melihat Rosulullah SAW tidak lebih mengatakan dengan tangannya demikian,’ seraya mengisyaratkan dengan jari telunjuknya.” [138]

قَالَ رَأَيْتُ بِشْرَ بْنَ مَرْوَانَ يَوْمَ جُمُعَةٍ يَرْفَعُ يَدَيْهِ فَقَالَ عُمَارَةُ بْنُ رُؤَيْبَةَ فَذَكَرَ نَحْوَهُ

“Aku (Hashin) berkata:”Aku mendengar Amarah bin Ru’aibah ats-Staqofiy sedang berkhuthbah, seraya mengangkat kedua tangannya dalam berdo’a, maka Amarah berkata:’Semoga Allah Ta’ala memburukkan kedua tangan yang pendek itu, sungguh aku melihat Rosulullah SAW dan Beliau tidak lebih mengatakan, ’demikian’ seraya Hishan memberi isyarat dengan jari telunjuknya.” [139]

c.       selesai ta’lim

كَلِمَاتٌ لاَ يَتَكَلَّمُ بِهِنَّ أَحَدٌ فِي مَجْلِسِهِ عِنْدَ قِيَامِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ إِلاَّ كُفِّرَ بِهِنَّ عَنْهُ وَلاَ يَقُولُهُنَّ فِي مَجْلِسِ خَيْرٍ وَمَجْلِسِ ذِكْرٍ إِلاَّ خُتِمَ لَهُ بِهِنَّ عَلَيْهِ كَمَا يُخْتَمُ بِالْخَاتَمِ عَلَى الصَّحِيفَةِ

“Tidaklah salah seorang dari kalian mengucapkan (kafarah majlis) hingga dia berdiri/selesai dari ta’lim atau majlisnya melainkan akan diampuni dosa-dosanya selama di majlis.            [   سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ   ].” [140]


G.    Mulai dari diri sendiri

رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ

“Ya Tuhan Kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” [141]

قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِأَخِي وَأَدْخِلْنَا فِي رَحْمَتِكَ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ  

“Musa berdoa: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkan-lah Kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara Para Penyayang.” [142]

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْلإِيْمَانِ  ....

“……..Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami….” [143]

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوَاكُمْ

“Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal.” [144]

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِمَنْ دَخَلَ بَيْتِيَ مُؤْمِنًا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلاَ تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلاَّ تَبَارًا

“Ya Tuhanku! ampunilah Aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahKu dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan.” [145]

كَانَ إِذَا ذَكَرَ أَحَدًا مِنَ اْلأَنْبِيَاءِ بَدَأَ بِنَفْسِهِ

“Apabila Rosulullah ingat kepada seseorang, maka Beliau mendo’akannya dan sebelumnya Beliau mendahulukan berdo’a untuk dirinya sendiri.” [146]




VII.    PENGHALANG/PEMBATAL DO’A


Penghalang atau mawani’ dan pembatal atau bathoila dalam bahasa Arab berasal dari mana’a  dan bathola artinya menurut kamus

Mencegah, melarangnya berbuat sesuatu  =   منَع ـَـ مَنعًا منّعه الشيءَ mencegah, merintangi, menolak  =  منَع و منّع هُ الشيءَ أو منه أو عنه membela, melindungi  =  منَع و مانع جارَه : حامى عنه  menghindarkan -terjadinya perang  =  منَع وقوع الحَربِ  kokoh, kuat  =  منُع : قوِي  menjadikan kebal  =  منّع ضدَّ المَرضِ      Mencegah, melarangnya berbuat sesuatu  =   منَع ـَـ مَنعًا منّعه الشيءَ mencegah, merintangi, menolak  =  منَع و منّع هُ الشيءَ أو منه أو عنه  membela, melindungi  =  منَع و مانع جارَه : حامى عنه  menghindarkan -terjadinya perang  =  منَع وقوع الحَربِ  kokoh, kuat  =  منُع : قوِي  menjadikan kebal  =  منّع ضدَّ المَرضِ

Mana’a muncul dalam qur-an ada tujuhbelas kata dari berbagai surah dan ayat, di antaranya

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلاَّ تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِنْهُ خَلَقْتَنِي مِنْ نَارٍ وَخَلَقْتَهُ مِنْ طِينٍ

“Allah berfirman:”Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu aku menyuruhmu?" Menjawab iblis,“Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang Dia Engkau ciptakan dari tanah.” [147]

الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ (*) وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ

 “Orang-orang yang berbuat riya[1] (*) Dan enggan (menolong dengan) barang berguna[2].” [148]

[1] Riya ialah melakukan sesuatu amal perbuatan tidak untuk mencari keridhaan Allah akan tetapi untuk mencari pujian atau kemasyhuran di masyarakat.

[2] Sebagian mufassirin mengartikan: enggan membayar zakat.

Batal, binasa, tidak syah  =   بطَل ـُـ بُطْلاً و بُطْلَانًا و بُطُوْلاً  batal  =  بطَل : فسَد  sia-sia  =  بطَل : ذهَب خُسرًا وضِيَاعًا  mati konyol  =  بطَل دمُه  tidak terpakai lagi  =  بطَل استعمالُه  menganggur  =  بطُل ـُـ بَطَالَةً من العَمَلِ  berkelakar, bersendagurau  =  بطَل و أبطل في كلامِه  menjadi pahlawan -juara  =  بطُل : صار بَطَلاً  menganggurkan  =  بطّل هُ : عطّله  membatalkan, menyatakan tidak sah -tidak berlaku  =  أبطل و بطّل الأمرَ  Yang gagah berani, pahlawan  =   البَطَل ج أبطال : الشُجاع, الفَارِس juara -dalam olahraga  =  البَطَل : لَاعِب رِيَاضيّ مُمتَاز  kebohongan  =  البُطل و البُطلان : الكذِب sia-sia tak ada faedahnya  =  البُطل و البُطلان : عدم فائدةِ  hilang darahnya dengan sia-sia -tanpa balas  =  ذهَب دَمُه بُطلاً  kebatalan  =  البُطل و البُطلان : الفَسَاد (سُقُوط الحُكمِ)ـ yang sia-sia  =  الباطل و البُطلُ : العَبَثُ

Bathola dalam qur-an banyak sekali munculnya kira-kira ada tiga puluh kali dari berbagai surah dan ayat, di antaranya:

فَوَقَعَ الْحَقُّ وَبَطَلَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ  

“Karena itu nyatalah yang benar dan sia-sialah yang selalu mereka kerjakan.” [149]

وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا

 “Dan Katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” [150]

Berdasarkan keterangan di atas dapat dikesimpulkan, bahwa penghalang atau pembatal adalah sesuatu yang menyebabkan sesuatu yang lainnya menjadi sia-sia dan tidak akan mendapat apa-apa serta sesuatu yang lain/pekerjaan itu harus diulang dengan mengikuti atau memenuhi syarat dan rukunnya kalau mau tidak sia-sia.

A.    Makan dan minum yang haram

ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ

“Setelah itu Rosulullah menyebutkan orang yang berjalan jauh dengan rambut yang kusut dan tubuh yang kotor yang me-ngadahkan kedua tangannya ke atas sambil berdo’a,’Ya Rabb, ya Rabb! Padahal orang tersebut makanananya haram, minumannya haram, pakainannya haram, dia diberi makan dengan barang haram, maka tidak mungkin dikabulkan do’a-nya.” [151]


B.     Tergesa-gesa

وَقَالَ مُوسَى رَبَّنَا إِنَّكَ آَتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلَأَهُ زِينَةً وَأَمْوَالاً فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا رَبَّنَا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِكَ رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَى أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَلاَ يُؤْمِنُوا حَتَّى يَرَوُا الْعَذَابَ اْلأَلِيمَ (*)  قَالَ قَدْ أُجِيبَتْ دَعْوَتُكُمَا فَاسْتَقِيمَا وَلاَ تَتَّبِعَانِّ سَبِيلَ الَّذِينَ لاَ يَعْلَمُونَ  

Musa berkata: "Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Engkau telah memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta ke-kayaan dalam kehidupan dunia, Ya Tuhan Kami  akibatnya mereka me-nyesatkan (manusia) dari jalan Engkau. Ya Tuhan Kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, Maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih." * AlIah berfirman: "Sesungguhnya telah diperkenankan permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada jalan yang Lurus dan janganlah sekali-kali kamu mengikuti jalan orang-orang yang tidak Mengetahui.” [152]

يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُولُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي

“Sungguh, Seseorang diantara kalian akan senantiasa dikabulkan do’anya selama ia tidak tergesa-gesa. Ia berkata: Aku telah berod’a akan tetapi do’aku belum juga dikabulkan” [153]

لاَ يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا اْلإِسْتِعْجَالُ قَالَ يَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ وَقَدْ دَعَوْتُ فَلَمْ أَرَ يَسْتَجِيبُ لِي فَيَسْتَحْسِرُ عِنْدَ ذَلِكَ وَيَدَعُ الدُّعَاءَ

“Akan senantiasa dikabulkan do’a seorang hamba selama ia tidak berdo’a didalamnya dengan permohonan yang mengandung dosa/kema’siatan atau dimaksudkan untuk memu-tuskan silaturahmi atau ia tergesa-gesa dalam do’a-nya itu. Mereka/sahabat bertanya:”Apakah yang dimaksud dengan ter-gesa-gesa itu, ya Rosulullah?” Beliau menjawab:”Pendo’a itu mengucap-kan,’Aku telah berdo’a,  ’Aku telah berdo’a; akan tetapi aku belum juga melihat bahwa do’aku dikabulkan.” Maka ketika itupun ia berhenti dan tidak lagi berdo’a,” [154]


C.     Tidak tahmid dan juga tidak bersholawat

كُلُّ دُعَاءٍ مَحْجُوْبً حضتَّى يُصَلِّى عَلَى النَّبِيِّ

“Setiap do’a akan terhijab (tidak dikabulkan) sehingga pendo’a ber-sholawat atas Nabi (sebelum berdo’a).” [155] 

Di dalam kitab al-Adzkar, An-Nawawi berkata:”Semua ulama sepakat bahwa dianjurkan memulai do’a dengan hamdallah dan memuji Allah kemudian membaca sholawat atas Nabi, begitu pula tatkala mengakhiri do’a.”

Rosulullah mendengar seseorang berdo’a di dalam sholatnya tidak mengu-capkan hamdallah dan tidak bersholawat atas Nabi. Lalu bersabda:”

عَجِلَ هَذَا ثُمَّ دَعَاهُ فَقَالَ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَمْجِيدِ رَبِّهِ جَلَّ وَعَزَّ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ ثُمَّ يُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ صم َّ يَدْعُو بَعْدُ بِمَا شَاءَ

“Percepatlah, lalu Beliau memanggilnya dan berkata kepadanya atau kepada orang lain:” Apabila di antara kalian berdo’a/bersholawat, maka mulailah dengan membaca hamdallah dan memuji Rabb yang Maha Tinggi dan Perkasa kemudian bacalah sholawat atas Nabi. Dan setelah itu berdo’alah sesuka hatinya.” [156]


D.    Berbuat maksiat

Menjauhi segala bentuk kemaksiatan dengan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sebagai mana firman-Nya  

..وَاتَّقُوا اللَّهَ وَيُعَلِّمُكُمُ اللَّهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

 “..... Dan bertakwalah kepada Allah, Allah akan mengajarimu dan Allah mengetahui segala sesuatu.” [157]

Abdullah bin Mas’ud RadliyAllahuanhu berkata:“Aku berani mengatakan bahwa orang akan begitu mudah melupakan ilmu yang telah diketahui (dimilikinya) hanya karena dosa  yang telah dikerjakannya”.[158]

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِي قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِي ذَكَرَ اللَّهُ كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Sesungguhnya seorang hamba apaabila melakukan suatu keslahan, niscaya akan digoreskan pada hatinya satu titik hitam. Jika kemudian ia meninggalkan dosa itu dengan beristighfar dan bertaubat, hatinya akan kembali bersih. Jika dia mengulangi kembali, titik hitam itu akan ditambah hinnga akhirnya akan menutupi hatinya. Itulah penutup yang disebutkan oleh Allah Ta’ala dalam firman-Nya:{”Sekali-kali tidak (demikian), se-benarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka.” (Al-Muthoffifin/83:14)}.” [159]

Al-Qurthubiy dalam kitab tafsirnya mengatakan:”Betapa banyak dosa yang telah menutupi hati orang yang fajir, kemudian dia bertaubat kembali dari dosa yang telah menutupinya sehingga hatinya kembali bersih.”

إِنَّ لِلحَسَنَةِ ضِيَاءً فِى الْوَجْهِ وَنُورًا فِى الْقَلْبِ وَوَسِعَةً فِى الرِّزْقِ وَقُوَّةً فِى الْبَدَنِ وَمَحَبَّةً فِى قُلُوبِ الْخَلْقِ وَإِنَّ لِلسَّيْئَةِ سَوَادًا فِى الْوَجْهِ وَظُلُمَةً فِى الْقَبْرِ أَوِ الْقَلْبِ وَوَهْنًا فِى الْبَدَنِ وَنَقْصًا فِى الرِّزْقِ وَبًغْضَةً فِى  قُلُوْبِ الْخَلْقِ

Ibnu Abbas berkata:”Sesungguhnya kebaikan itu menjadikan wajah bersinar, memberi cahaya pada hati, meluaskan rijki, menguatkan badan dan menjadikan kecintaan pada hati manusia. Sedangkan keburukan itu menghitamkan wajah, kegelapan pada kubur atau hati, melemahkan badan, menyempitkan rijki dan menjadikan kebencian dihati setiap makhluq.”

رَأَيْتُ الذُّنُوْبَ تُمِيْتُ الْقُلُوْبَ *  وَقَدْ يُوْرِثُ الذُّلَّ إِدْمَانُهَا
وَتَرْكُ الذُّنُوبِ حَيَاةُ الْقُلُوبِ   *   وَخَيْرُ لِنَفْسِكَ عِصْيَانُهَا
وَ هَلْ أَفْسَدُ الدِّيْنَ إِلاَّ الْمُلُوكُ  *   وَأَحْبَارُ سُوءٍ وَرُحْبَانُهَا

Ibnu Mubarok berkata:“Aku melihat dosa-dosa itu mematikan hati. Dan bergelimang dosa mewariskan kehinaan. Meninggalkan dosa adalah kehidupan bagi hati. Dan yang terbaik bagimu adalah menjaga darinya. Adakah yang merusakan din atau agama ini. Kecuali para raja, para pendeta yang jahat dan rahib-rahibnya.

إِنِّى أَرَى اللهَ قَدْ أَلْقَى عَلَى قَلْبِكَ نُورًا فَلاَ يُطْفِئْهُ بِظُلُمَةِ أْلمَعْصِيَّةِ

Malik berkata kepada Ay-Syafi’i:”Sesungguhnya aku melihat Allah Ta’ala telah memancarkan cahaya/ilmu dihatimu, maka janganlah padamkan ia dengan gelapnya maksiat.”

شَكَوْتُ إِلَى وَقِيْعٍ سُوْؤَ حِفْظِى *  فَأَرْشَدَنِي إِلَى تَرْكِ اْلمَعَاصِي
فَقَالَ إِعْلَمْ بِإَنَّ اْلعِلْمَ نُورٌ       *   نُورُ اللهِ لاَيُؤْتَاهُ عَاصِى

Imam As Syafi’ie berkata: “Aku mengadukan kepada Waqi’ tentang buruknya hafalanku, lalu beliau memberiku petunjuk supaya aku meninggalkan maksiat. Beliau menggambarkan kepadaku bahwa ilmu adalah cahaya (nuur) dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang yang berbuat maksiat.”

 “...... kemudian Beliau menyebutkan seorang musafir yang mengadakan perjalanan jauh, yang kusut rambutnya lagi bajunya berdebu mengangkat kedua tangannya ke arah langit lalu berdo’a:” Ya,Rbbi, Ya Rabbi tetapi makanannya haram, minumannya haram dan pakaiannya haram serta dari da-gingnya tumbuh dari yang haram, bagaiman do’anya bisa dikabulkan.”  [160]


E.     Ditangguhkan

وَلاَ تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلاً عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ (*) مُهْطِعِينَ مُقْنِعِي رُءُوسِهِمْ لَا يَرْتَدُّ إِلَيْهِمْ طَرْفُهُمْ وَأَفْئِدَتُهُمْ هَوَاءٌ

“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, * mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mangangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong.” [161]

وَلاَ يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِأَنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ

“Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka [*] adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan.” [162]

[*] Yakni: dengan memperpanjang umur mereka dan membiarkan mereka berbuat dosa sesuka hatinya.


F.      Beda waktu antara kita dengan Allah SWT

وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَلَنْ يُخْلِفَ اللَّهُ وَعْدَهُ وَإِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِمَّا تَعُدُّونَ(*)وَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ أَمْلَيْتُ لَهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ ثُمَّ أَخَذْتُهَا وَإِلَيَّ الْمَصِيرُ   

“Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, Padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut perhitunganmu. * dan Berapalah banyaknya kota yang aku tangguhkan (azab-Ku) kepadanya, yang penduduknya berbuat zalim, kemudian aku azab mereka, dan hanya kepada-Kulah kembalinya (segala sesuatu).” [163] 


G.    Tidak memenuhi syarat dan rukun berdo’a

Bisa jadi, yang menjadi penghalang dikabulkanya do’a adalah tidak terpenuhinya syarat atau dan rukun dari do’a, apakah itu sebagian kecil atau sebagian besar. Oleh karena itu, bila do’a kita mau dikabulkan harus melaksanakan dan memenuhi syarat dan rukun berdo’a dan jangan sedikitpun melaksanakan pembathal do’a.











VIII. DO’A YANG MUSTAJAB


A.    Orang yang berdo’a//Pendo’a

1.      Orangtua terhadap anaknya

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

“Ada tiga do’a yang pasti dikabulkan dan tidak ada keraguan menegenai hal itu: do’anya orangtua terhadap anaknya, do’anya seorang musafir dan do’anya orang yang terzalimi.” [164]

2.      Muslim kepada muslim yang ghoib

مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلاَّ قَالَ الْمَلَكُ وَلَكَ بِمِثْلٍ

“Tidaklah seorang muslim berdo’a kepada saudaranya yang tidak bersamannya (tampa sepengetahuannya), maka malaikat yang ditugasi (menemuinya) akan berkata:”Dan engkaupun juga akan mendapatkan kebaikan yang sama.” [165]

3.      Madllumun

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

“Ada tiga do’a yang pasti dikabulkan dan tidak ada keraguan menegenai hal itu: do’anya orangtua terhadap anaknya, do’anya seorang musafir dan do’anya orang yang terzalimi.” [166]

وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ 

“Berhati-hatilah terhadap do’anya orang yang terzalimi, karena tidak ada penghalang antara do’anya iti dan Allah (pasti mengabulkannya).” [167]

4.      Pemimpin adil

ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ وَاْلإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا اللَّهُ فَوْقَ الْغَمَامِ وَيَفْتَحُ لَهَا أَبْوَابَ السَّمَاءِ وَيَقُولُ الرَّبُّ وَعِزَّتِي لَأَنْصُرَنَّكِ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ

“Ada tiga golongan yang tidak akan tertolak do’a mereka:”Seorang yang shoum ketika berbuka, imam/pemimpin yang adil dan do’anya orang yang terzalimi karena Allah Ta’ala akan mengangkat do’a ini hingga ke atas awan hitam dan pintu-pintu langit terbuka untuknya. Kemudian Rabb (Allah Ta’ala) berfirman:”Demi kemuliaan-ku, nis-caya Aku akan menolongmu, walaupun setelah berlalunya beberapa waktu.” [168] 

5.      Shoimun ketika berbuka

 “Ada tiga golongan yang tidak akan tertolak do’a mereka:”Seorang yang shoum ketika berbuka, imam/pe-mimpin yang adil dan do’anya orang yang terzalimi karena Allah Ta’ala akan mengangkat do’a ini hingga ke atas awan hitam dan pintu-pintu langit terbuka untuknya. Kemudian Rabb (Allah Ta’ala) berfirman:”Demi kemuliaan-Ku, niscaya Aku akan menolongmu, walaupun setelah berlalunya beberapa waktu.” [169]

6.      Orang dalam keadaan terpaksa/kesulitan

هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ حَتَّى إِذَا كُنْتُمْ فِي الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَا جَاءَتْهَا رِيحٌ عَاصِفٌ وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ لَئِنْ أَنْجَيْتَنَا مِنْ هَذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ  

“Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), Maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (mereka berkata): "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan Kami dari bahaya ini, pastilah Kami akan Termasuk orang-orang yang bersyukur.” [170]

أَمْ مَنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ اْلأَرْضِ أَئِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلاً مَا تَذَكَّرُونَ

“Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam ke-sulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi[*]? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya). [*]Yang dimaksud dengan menjadikan manusia sebagai khalifah ialah menjadikan manusia berkuasa di bumi.” [171]

7.      Anak sholih

إِذَا مَاتَ اْلإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ صَدَقَةٌ جَارِيَةٌ وَعِلْمٌ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُو لَهُ

“Apabila seseorang meninggal dunia maka pahala amalnya akan terputus kecuali tiga hal: shodaqah jariyah, ilmu yang bermanfa’at dan anak sholih yang mendo’akannya.” [172]

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَرْفَعُ الدَّرَجَةَ لِلْعَبْدِ الصَّالِحِ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ يَا رَبِّ أَنَّى لِي هَذِهِ فَيَقُولُ بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ

“Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat seorang hamba yang sholih di dalam surga. Hamba itu bertanya kepada Allah Ta’ala”Wahai Rabb, darimana aku mendapatkan semua ini?” Allah  berfirman:”Dari permohonan ampun anakmu terhadapmu.” [173]

8.      Musafir

ثَلاَثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لاَ شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ 

“Ada tiga do’a yang pasti dikabulkan dan tidak ada keraguan menegenai hal itu: do’anya orangtua terhadap anaknya, do’anya seorang musafir dan do’anya orang yang terzalimi.” [174]

9.      Naim dalam keadaan suci

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَبِيتُ عَلَى ذِكْرٍ طَاهِرًا فَيَتَعَارُّ مِنْ اللَّيْلِ فَيَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا مِنْ الدُّنْيَا وَاْلأَخِرَةِ إِلاَّ أَعْطَاهُ إِيَّاهُ 

 “Tidaklah seorang muslim yang tidur dalam keadaan ber-zikir kepada Allah lagi suci dari hadats, kemudian ia terbangun pada malamnya lalu memohon kebaikan dunia dan akhirat kepada Allah, niscaya Allah  akan memberikan apa yang ia minta.” [175]

10.  Bangun di waktu malam

مَنْ تَعَارَّ مِنْ اللَّيْلِ فَقَالَ ) لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ  الْحَمْدُ لِلَّهِ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ(  ثُمَّ قَالَ أَوْ دَعَا اسْتُجِيبَ لَهُ فَإِنْ تَوَضَّأَ وَصَلَّى قُبِلَتْ صَلَاتُهُ

“Barangsiapa yang bangun di malam hari lalu berdo’a:”Kemudian mengucapkan اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي Atau Beliau berkata:”Kemudian berdo’a maka do’anya itu akan dikabulkan. Maka jika ia bertekad bangun lalu berwudhu dan sholat, maka sholatnya akan diterima.” [176]

11.  Orang berhajji, umroh dan mujahid

الْغَازِي فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالْحَاجُّ وَالْمُعْتَمِرُ وَفْدُ اللَّهِ دَعَاهُمْ فَأَجَابُوهُ وَسَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ

“Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang menunaikan haji dan umroh adalah delegasi Allah yang juka mereka berdo’a maka Allah akan mengabulkan do’a mereka dan jika mereka meminta kepada-Nya maka Allah akan memberikan apa yang mereka minta.” [177]

12.  Orang yang banyak berdzikir

ثَلاَثَةٌ لاَ يُرَدُّ دُعَاؤُهُمْ اَلذَّاكِرُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَ دَعْوَةُ اْلمَظْلُوْمِ وَ دَعْوَةُ اْلإِمَامِ اْلمُقَسِّطِ

“Ada tiga golongan yang mana do’a mereka tidak akan tertolak, yaitu: Orang yang banyak berzikir kepada Allah Ta’ala, do’anya orang yang terzalimi dan imam yang adil.” [178]

13.  Orang yang dicintai dan diridloi oleh Allah Ta’ala

مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي عَنْ نَفْسِ الْمُؤْمِنِ يَكْرَهُ الْمَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ  

“Sesungguhnya Allah berfirman:”Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, maka telah mengu-mumkan peperangan kepadanya. Dan tidaklah seseorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku cintai dari apa-apa yang Aku wajibkan atasnya. Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri-Ku dengan melakukan amala-amalan nafilah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku adalah pendengaran yang dengannya ia mendengar, penglihatannya yang ia lihat, tangannya yang dengannya ia memukul dan kakinya yang dengannya ia berjalan. Dan jika ia meminta keadaKu, maka niscaya Aku akan memberinya dan jika meminta perlindungan kepada-Ku, maka niscaya Aku akan melindunginya. Aku tidak pernah ragu-ragu dalam sesuatu yang aku kerjakan, seperti keragu-raguan-Ku tentang kematian seorang mu’min. Ini karena ia tidak suka kematian dan Aku tidak suka menyusahkannya.” [179]


B.     Waktu berdo’a

1.      Sempit dan sakit

وَإِذَا مَسَّ اْلإِنْسَانَ ضُرٌّ دَعَا رَبَّهُ مُنِيبًا إِلَيْهِ ثُمَّ إِذَا خَوَّلَهُ نِعْمَةً مِنْهُ نَسِيَ مَا كَانَ يَدْعُو إِلَيْهِ مِنْ قَبْلُ وَجَعَلَ لِلَّهِ أَنْدَادًا لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِهِ قُلْ تَمَتَّعْ بِكُفْرِكَ قَلِيلاً إِنَّكَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ

“Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, Dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah Dia akan kemudharatan yang pernah Dia berdoa (kepada Allah) untuk (meng-hilangkannya) sebelum itu, dan Dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: "Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu Sementara waktu; Sesungguhnya kamu Termasuk penghuni neraka.” [180]

وَإِذَا مَسَّ اْلإِنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْبِهِ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَائِمًا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُ مَرَّ كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ كَذَلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ  

“Dan apabila manusia ditimpa bahaya Dia berdoa kepada Kami dalam Keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, Dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah Dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (meng-hilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” [181]

2.      Lapang dan bahagia

تَعَرَّفْ إِلَيْهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ وَإِذَا سَأَلْتَ فَاسْأَلْ اللَّهَ وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ

“…kenalilah Allah dalam keadaan lapang niscaya Ia akan mengenalimu ketika kamu dalam keadaan sempit. Dan apabila kamu meminta maka Allah akan mengabulkan dan apabila kamu minta pertolongan pasti Allah akan menolongnya.”  [182]

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِيبَ اللَّهُ لَهُ عِنْدَ الشَّدَائِدِ وَالْكَرْبِ فَلْيُكْثِرْ الدُّعَاءَ فِي الرَّخَاءِ

“Barangsiapa yang ingin do’anya terkabul pada saat sedih dan susah, maka hendaklah memperbanyak berdo’a pada saat lapang.” [183]

3.      Antara azan dan iqomah

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ اْلأَذَانِ وَاْلإِقَامَةِ قَالُوا فَمَاذَا نَقُولُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ سَلُوا اللَّهَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ

“Do’a yang dipanjatkan antara azan dan iqomah tidak akan tertolak,”Para shahabat bertanya:”Lantas apa yang seharusnya kita minta ketika itu, wahai Rosulullah?”Beliau menjawab:”Mintalah kepada Allah  keselamatan di dunia dan di akhirat.” [184]

لاَ يُرَدُّ الدُّعَاءُ بَيْنَ اْلأَذَانِ وَاْلإِقَامَةِ 

“Do’a yang dipanjatkan antara azan dan iqomah tidak akan tertolak.” [185]

4.      Akhir hari jum’at

فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ سَاعَةٌ لاَ يُوَافِقُهَا مُسْلِمٌ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا إِلاَّ أَعْطَاهُ وَقَالَ بِيَدِهِ قُلْنَا يُقَلِّلُهَا يُزَهِّدُهَا

“Pada hari jum’at ada waktu yang jika seorang muslim berpapasan dengannya, sedang ia berdiri melaksanakan sholat lalu memohon kebaik-an kepada Allah, niscaya akan diberikan apa yang idiminta. Beliau bersabda sambil berisyarat dengan sebagian jarinya, bahwa saat tersebut amatlah singkat.” [186]

إِنَّا لَنَجِدُ فِي كِتَابِ اللَّهِ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ سَاعَةً لاَ يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُؤْمِنٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللَّهَ فِيهَا شَيْئًا إِلاَّ قَضَى لَهُ حَاجَتَهُ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ فَأَشَارَ إِلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صم أَوْ بَعْضُ سَاعَةٍ فَقُلْتُ صَدَقْتَ أَوْ بَعْضُ سَاعَةٍ قُلْتُ أَيُّ سَاعَةٍ هِيَ قَالَ هِيَ آخِرُ سَاعَاتِ النَّهَارِ قُلْتُ إِنَّهَا لَيْسَتْ سَاعَةَ صَلاَةٍ قَالَ بَلَى إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا صَلَّى ثُمَّ جَلَسَ لآ يَحْبِسُهُ إِلاَّ الصَّلاَةُ فَهُوَ فِي الصَّلاَةِ

“Sesungguhnya kami dahulu (karena Abdullah bi Salam sebelumnya adalah Yahudi) mendapatkan di dalam kitabullah (Taurat) bahwa ada di hari jum’at sesuatu waktu yang jika seorang hamba mu’nin berpapasan dengan waktu itu sedang ia melakukan sholat dan meminta sesuatu kepada Allah, niscaya akan dipenuhi kebutuhannya.” Abdullah berkata:”Kemudian Rosulullah menunjuk ke arahku:”Bukankah pada sebagian waktunya?’ Aku menjawab:”Ya benar, atau pada sebagian waktu-nya.”Kemudian Aku bertanya:”Kapankah waktu itu?”Beliau menja-wab:”Waktu akhir-akhir siang,”Aku berkata: “Bukakah waktu itu di larang untuk mela-kukan sholat?”Nabi menjawab:”Ya, sesungguhnya seseorang hamba jika sholat ashar kemudian duduk untuk menunggu sholat magrib, maka ia seperti orang yang melaksanakan sholat.” [187]

5.      Duduk di antara dua khuthbah jum’at

أَسَمِعْتَ أَبَاكَ يُحَدِّثُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صم فِي شَأْنِ الْجُمُعَةِ يَعْنِي السَّاعَةَ قَالَ قُلْتُ نَعَمْ سَمِعْتُهُ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صم يَقُولُ هِيَ مَا بَيْنَ أَنْ يَجْلِسَ اْلإِمَامُ إِلَى أَنْ تُقْضَى الصَّلاَةُ قَالَ أَبُو دَاوُدَ يَعْنِي عَلَى الْمِنْبَرِ

“Apakah engkau pernah mendengar bahwa bapakmu meriwayatkan suatu hadits dari Rosulullah SAW mengenai keadaan jum’at, yaitu dimana waktu do’a terkabul?”Aku (Abu Burdah) menjawab:”Ya, aku pernah mendengarnya berkata:”,’Aku (Abu Musa) pernah mendengar Rosulullah bersabda:”Waktu itu terjadi antara duduknya imam sampai selesai sholat’ jum’at.”Abu Dawud berkata:”maksudnya adalah duduknya imam diatas mimbar.” [188]

6.      Sujud

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ

 “Saat yang dekat antara seorang hamba dengan Rabbnya adalah ketika dia sedang sujud (kepada Rabbnya), maka perbanyaklah do’a (dalam sujud kalian).” [189]

بَيْنَمَا نَحْنُ نُصَلِّى مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صم إِذْ عَطَسَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ فَقُلْتُ يَرْحَمُكَ اللَّهُ فَرَمَانِى الْقَوْمُ بِأَبْصَارِهِمْ فَقُلْتُ وَاثُكْلَ أُمِّيَاهُ مَا شَأْنُكُمْ تَنْظُرُونَ إِلَىَّ فَجَعَلُوا يَضْرِبُونَ بِأَيْدِيهِمْ عَلَى أَفْخَاذِهِمْ فَلَمَّا رَأَيْتُهُمْ يُصَمِّتُونِى لَكِنِّى سَكَتُّ فَلَمَّا صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صم فَبِأَبِى هُوَ وَأُمِّى مَا رَأَيْتُ مُعَلِّمًا قَبْلَهُ وَلاَ بَعْدَهُ أَحْسَنَ تَعْلِيمًا مِنْهُ وَاللَّهِ مَا كَهَرَنِى وَلاَ شَتَمَنِى وَلاَ ضَرَبَنِى

Mu’awwiyah bin Hakam as-Sulam berkata:”Ketika aku melaksanakan sholat bersama Rosulullah SAW, tiba-tiba salah seorang dari jama’ah ada yang bersin lalu aku berkata  يَرْحَمُكَ اللَّهُ  /semoga Allah Ta’ala merahmatimu.’Maka orang-orang menujukan pandangan mereka kepadaku, lalu aku berkata,’Ada apa dengan kalian?’Mengapa kalian memandangku? ’Maka orang-orangpun memukul-mukulkan tangan mereka ke paha-pahanya. Ketika aku mengetahui bahwa mereka bermaksud menyuruhku untuk diam maka akupun diam. Setelah Rosulullah selesai dari sholatnya, maka demi ayahku, dia dan ibuku, aku tidak pernah melihat seorang pengajarpun yang lebih baik daripada beliau, beliau tidak membenci, memukul atau mencelaku, beliau hanya berkata:

قَالَ إِنْ هَذِهِ الصَّلاَةَ لاَ يَصْلُحُ فِيهَا شَىْءٌ مِنْ كَلاَمِ النَّاسِ هَذَا إِنَمَّا هُوَ التَّسْبِيحُ وَالتَّكْبِيرُ وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ أَوْ كَمَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صم

“Sesungguhnya di dalam sholat itu tidaklah pantas ada perkataan manusia sedikitpun. Sesungguhnya sholat itu hanyalah tasbih, takbir dan bacaan qur-an atau sebagaimana perkataan Rosulullah SAW.” [190]

حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتُّ أَنْ يُجِيبَهُ إِذَا دَعَاهُ وَأَنْ يُسَلِّمَ عَلَيْهِ إِذَا لَقِيَهُ وَأَنْ يُشَمِّتَهُ إِذَا عَطَسَ وَأَنْ يَنْصَحَهُ إِذَا اسْتَنْصَحَهُ وَأَنْ يَعُودَهُ إِذَا مَرِضَ وَأَنْ يَتْبَعَ جَنَازَتَهُ إِذَا مَاتَ

“Hak muslim atas muslim lainnya ada enam perkara, yaitu memenuhi undangannya apabila diundang, megucakan salam apabila bertemu dengannya, mendo’akannya apabila saudaranya bersin, menasihatinya apabila diminta nasihat, menjenguk apabila saudaranya sakit dan menugurusi jenazah apabila saudaranya mati.” [191]

عَطَسَ رَجُلٌ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صم فَقَالَ مَا أَقُولُ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ قَلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ قَالَ الْقَوْمُ مَا نَقُولُ لَهُ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ قُولُوا رَحِمَكَ اللَّهُ قَالَ الرَّجُلُ مَا أَرُدُّ عَلَيْهِمْ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ يَهْدِيكُمُ اللَّهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ

“Seseorang bersin di samping Rosulullah, lalu ia bertanya,’Apa yang harus katakana?”maka dijawab,”  الْحَمْدُ لِلَّهِ ,’Apa yang dikatakan bagi pendengar, ya Rosulullah?”Maka dijawab,”  رَحِمَكَ اللَّهُ ,’Pembersin berkata,’apa yang harus diucapkan,’Maka dijawab,’يَهْدِيكُمُ اللَّهُ وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ . [192]

7.      Selesai sholat fardlu

قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ صم أَيُّ الدُّعَاءِ أَسْمَعُ قَالَ جَوْفَ اللَّيْلِ اْلآخِرِ وَدُبُرَ الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَاتِ

“Kapankah do’a itu lebih bisa diharapkan terkabulnya?”Nabi men-jawab:”Pada sepertiga malam yang akhir dan setelah melaksanakan sholat-sholat yang wajib .” [193]

8.      Sahur

الصَّابِرِينَ وَالصَّادِقِينَ وَالْقَانِتِينَ وَالْمُنْفِقِينَ وَالْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ  

“(yaitu) Orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur[*]. “ [194]

[*] Sahur: waktu sebelum fajar menyingsing mendekati subuh.

كَانُوا قَلِيلاً مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ (*) وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

“Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. * dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.” [195]

أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الرَّبُّ مِنْ الْعَبْدِ فِي جَوْفِ اللَّيْلِ اْلآخِرِ فَإِنْ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَكُونَ مِمَّنْ يَذْكُرُ اللَّهَ فِي تِلْكَ السَّاعَةِ فَكُنْ 

“Waktu dimana ketika itu Rabb lebih dekat kepada hambanya adalah sepertiga malam yang akhir. Maka dari itu jika engkau mampu hendaknya engkau termasuk orang yang berzikir kepada Allah pada waktu itu, lakukanlah.” [196]

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ اْلآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Rabb kita Tabaraka wa Ta’ala senantiasa turun ke langit dunia, ketika tersisa sepertiga malam yang akhir, lalu berfirman:”Siapakah yang berdo’a kepada-Ku sehingga Aku mengabulkan do’anya. Siapa yang meminta kepada-Ku sehingga Aku memberinya? Dan siapakah yang meminta ampun kepada-Ku sehingga Aku mengampuninya.” [197]

9.      Bertemu musuh

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ   
  
Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), Maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya[*] agar kamu beruntung.” [198]

[*] Maksudnya Ialah: memperbanyak zikir dan doa.

ثِنْتَانِ لاَ تُرَدَّانِ أَوْ قَلَّمَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِ وَعِنْدَ الْبَأْسِ حِينَ يُلْحِمُ بَعْضُهُ بَعْضاً

“Ada dua waktu yang mana ketika itu do’a tidak akan ditolak atau sedikit sekali ditolak, yaitu: berdo’a ketika dikumandangkannya azan(setelahnya) dan ketika berkecamuknya perang, yaitu ketika saling menyerangnya kedua belah pihak (muslimin dan kafir) satu sama lainnya.” [199] 

10.  Bulan ramadlon

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” [200]

Ayat ini masih ada hubungannya dengan ayat di atasnya mengenai masalah shoum yang turun satu paket dari ayat 183 sampai 187 surah al-Baqoroh

11.  Malam lailatul qodar

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَيُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِي

“Aku (Aisyah) bertanya:”Ya Rosulullah, bagaimanakah pendapatmu jika aku mengetahui suatu malam bahwa malam itu adalah malam lailatul qodar, apakah yang semestinya aku ucapkan? Rosulullah menjawab:”

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عُفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

“Ya Allah Ta’ala, sesungguhnya Engkau Maha pengampun lagi Maha Mulia. Engkau menyukai ampunan maka ampunilah aku.” [201]

12.  Mujahid di ma’rokah

الْغَازِي فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالْحَاجُّ وَالْمُعْتَمِرُ وَفْدُ اللَّهِ دَعَاهُمْ فَأَجَابُوهُ وَسَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ 

“Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang menunaikan haji dan umroh adalah delegasi Allah yang juka mereka berdo’a maka Allah akan mengabulkan do’a mereka dan jika mereka meminta kepada-Nya maka Allah akan memberikan apa yang mereka minta.” [202]

13.  Yaumal ‘Arofah

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِي مَلاَئِكَتَهُ عَشِيَّةَ عَرَفَةَ بِأَهْلِ عَرَفَةَ فَيَقُولُ انْظُرُوا إِلَى عِبَادِي أَتَوْنِي شُعْثًا غُبْرًا

“Sesungguhnya Allah Ta’ala berbangga-bangga di hadapan para malaikat-Nya pada petang hari arofah dengan para hamba-Nya yang menunaikan haji ketika berada di arofah. Ia berkata kepada para malaikat-Nya:”Lihatlah hamba-hamba-Ku, mereka mendatangi-Ku (menyambut seruan-Ku) dalam keadaan kusut dan berdebu.” [203]

14.  Waktu terpisah

دَعَا فِي مَسْجِدِ الْفَتْحِ ثَلاَثًا يَوْمَ اْلإِثْنَيْنِ وَيَوْمَ الثُّلاَثَاءِ وَيَوْمَ اْلأَرْبِعَاءِ فَاسْتُجِيبَ لَهُ يَوْمَ اْلأَرْبِعَاءِ بَيْنَ الصَّلَاتَيْنِ فَعُرِفَ الْبِشْرُ فِي وَجْهِهِ قَالَ جَابِرٌ فَلَمْ يَنْزِلْ بِي أَمْرٌ مُهِمٌّ غَلِيظٌ إِلاَّ تَوَخَّيْتُ تِلْكَ السَّاعَةَ فَأَدْعُو فِيهَا فَأَعْرِفُ اْلإِجَابَةَ

 “Pernah Rosulullah berdo’a didalam Masjid al-Fathu sebanyak tiga kali, yaitu pada hari senin, selasa dan rabu, maka Allah mengabulkan do’anya pada hari rabu diantara dua waktu sholat dan ketika itu terlihatlah kegembiraan di wajah beliau.”Jabir berkata:”Tidaklah terjadi padaku suatu perkara yang amat penting lagi berat dan aku ingin agar perkara itu terselesaikan ketika itu juga, naka aku berdo’a didalamnya sampai aku mengetahui bahwa do’aku terkabul.” [204]

15.  Khotam qur-an

عِنْدَ كُلِّ خَتْمَةٍ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ 

“Pada setiap khotam membaca qur-an, ada satu do’a yang mustajab.” [205]

Periwayatan-periwayatan ini semuanya menurut ahli hadits derajatnya adalah dhoif, maka tidak bias dijadikan sebagai dalil.

Berdo’a setelah khatam Al-Qur-an disyariatkan, akan tetapi tidak boleh terus menerus atau dengan do’a-do’a tertentu seakan-akan merupakan suatu sunnah yang diikuti dikarenakan hal tersebut tidak ada riwayat dari Nabi SAW tapi dilakukan oleh sebagian sahabat

Adapun menyediakan makanan untuk para pembaca qur-an tidaklah apa-apa selama tidak dijadikan sebagai kebiasaan setiap kali khatam qur-an. [206]

16.  Turun hujan

ثِنْتَانِ لاَ تُرَدَّانِ أَوْ قَلَّمَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِ وَ تَحْتَ الْمَطَرِ
                   
“Dua waktu yang padanya sebuah permohonan/do’a tidak akan ditolak oleh Allah, do’a ketika dikumandangkan azan dan ketika turun hujan.” [207]

17.  Qunut

Kata qunut ini berasal dari  قَنََتَ  yang mempunyai arti menurut kamus berarti  ta'at, menghinakan diri kepada allah  =   قنَت ـُـ قُنوتًا  merendahkan diri kepada allah  =  قنَت و أقنَت : تواضع للهِ   ta'at, patuh  =  قنَت : أطاع tunduk  =  قنَت و أقنت له  diam -tak berbicara  =  قنَت : أمسك عن الكلامِ

Qunut berarti berdo’a atau memohon/ meminta kepada Allah SWT pada waktu qobliyah atau ba’diyah I’tidal terakhir sholat.

a.       Shubuh

قَالَ قُلْتُ لِأَبِي يَا أَبَتِ إِنَّكَ قَدْ صَلَّيْتَ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صم وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ هَاهُنَا بِالْكُوفَةِ قَرِيبًا مِنْ خَمْسِ سِنِينَ أَكَانُوا يَقْنُتُونَ قَالَ أَيْ بُنَيَّ مُحْدَثٌ

“Bahwa ia bertanya kepada bapaknya:”Wahai bapak, engkau telah sholat bersama Rosulullah SAW, Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali, Apakah mereka selalu qunut pada waktu sholat shu-buh?Ayahnya menjawab:”Wahai anakku, itu adalah perbuatan bid’ah.” [208]

Sangat banyak hadist-hadist Nabi SAW yang menjelaskan masalah ini, diantaranya hadist dari Said bin Thoriq Al-Asyja’I

Adapun hadist yang menyebutkan bahwa Rosulullah qunut pada waktu sholat shubuh hingga meninggal dunia adalah hadist dloif.


b.      Witir

Witir berasal dari kata  وَتَرَ yang menurut kamus, berarti:

Memasang senar  =   وتَر ـِـ وَترًا وَتِرَةً  memasang tali panah  =  وتَر و وتّر و أوتر القوسَ  menakutkan  =  وتَر هُ : أقزَعه  menganiaya, memperlakukan tidak adil  =  وتَر : أصابه بظُلمٍ  mengurangi  =  وتَر فلانًا حقَّه أو مالَه  shalat -bersembahyang  =  أوتر و وتّر الحبلَ : شدّه  Ganjil, gasal  =   الوَِتر ج أوتار : الفَردُ  pembalasan  =  الوَِتر : الانتقام  tali busur, senar alat musik  =  الوَتَر ج أوتار و وِتَار

Witir adalah salah satu macam dari qiyamul lail yang dilaksanakan di akhir malam.

“Hasan berkata:”Rosululllah mengajari beberapa kalimat kepada saya agar dibaca pada waktu sholat witir

اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ إِنَّكَ تَقْضِي وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ وَإِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلاَيَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ

“Ya, Allah Ta’ala, berilah aku petunjuk bersama orang-orang yang Engkau beri petunjuk. Berilah kepadaku keselamatan bersama orang-orang yang Engkau beri keselamatan. Berilah aku per-lindungan sebagai-mana orang yang telah Engkau lindungi. Berilah berkah apa yang Engkau berikan kepadaku. Jauhkanlah aku dari kejahatan apa yang Engkau tetapkan, Sesungguhnya Engkau yang menjatuhkan qodho/ketetapan dan tidak ada orang yang mem-berikan hukuman kepada-Mu. Sesungguhnya orang yang Engkau cintai tidak akan hina dan orang yang Engkau musuhi tidak akan mulia. Maha Suci Engkau, wahai Rabb kami dan Maha Tinggi Engkau.” [209]

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سُخْطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لاَ أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

“Ya Allah Ta’ala, sesungguhnya aku berlindung dengan keri-dhoan-Mu dari kemurkaan-Mu dan de-ngan keselamatan-Mu dan siksa-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dari ancaman-Mu, aku tidak membatasi memuji-Mu. Engkau adalah sebagaimana yang Engkau sanjungkan kepada diri-Mu sendiri.” [210]

أَللهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَ لَكَ نُصَلِّي وَ نَسْجُدُ وَ إِلَيْكَ نَسْعَى وَ نَحْفِدُ نَرْجُو رَحْمَتَكَ وَ نُخْشَى عَذَابَكَ إِنَّ عَذَابَكَ بِاْلكَافِرِيْنَ مُلْحَقٌ أَللهُمَّ إِنَّا نَسْتَعِيْنُكَ وَ نَسْتَغْفِرُكَ وَ نُثْنِي عَلَيْكَ اْلخَيْرَ وَ لاَ نَكْفُرُكَ وَ نُؤْمِنُ بِكَ وَ نَحْضَعُ لَكَ وَ نَحْلَعُ مَنْ يَكْفُرُكَ

“Ya Allah Ta’ala, sesungguhnya kami menyembah-Mu, kepada-Mu kami sholat dan sujud, kepada-Mu kami menuju. Kami meng-harap rahmat-Mu, khawatir terhadap siksa-Mu, sesungguhnya siksa-Mu terhadap orang kafir adalah nyata. Ya Allah Ta’ala, se-sungguhnya kami minta tolang kepada-Mu minta ampunan kepada-Mu. Kami selalu memuji-Mu dengan keba-ikan, kami tidak kufur kepada-Mu, beriman kepada-Mu. Kami tunduk kepada-Mu dan kami berlepas dari siapa yang mengingkari-Mu.”  [211]

c.       nazilah

Qunut ini dilakukan ketika terjadi musibah. Para ulama dalam masalah ini berbeda pendapat; diantara mereka ada yang ber-pendapat sunnah sementara yang lainnya anjuran tersebut sudah dinasakh/dihapus dan termasuk perbuatan bid’ah dan yang lainnya berpendapat bahwa disunnahkan qunut pada saat dibutuhkan. Pendapat yang terakhirlah yang terkuat karena sesuai dengan praktek yang dilakukan oleh Rosulullah dan Khulafaurrasyidin. [212]

18.  Setelah minum air zamzam

مَاءُ زَمْزَمَ لِمَا شُرِبَ لَهُ

“Air Zamzam tergantung kepada tujuan diminumnya.” [213]


C.     Tempat berdo’a

1.      Multazam

Multazam yaitu tempat di sampingh Hajar Aswad. Dan juga dina-makan hal tersebut karena orang-orang meletakkan dada dan tangan mereka padanya, yaitu tempat antara Hajar Aswat sampai pintu Ka’bah

وَهُوَ مُلْتَزَمُ مَا بَيْنَ الرَّكْنِ وَ اْلبَابِ كَانُوا يَلْتَزِمُونَ مَا بَيْنَ الرَّكْنِ وَ اْلبَابِ وَ يَدْعُونَ

Ibnu Abbas berkata:”Multazam itu terletak di antara tiang dan pintu. Lalu beriltizam di antara keduannya seraya berdo’a di dalamnya.” [214]





2.      Masjidul Haram/Kabah

كَانَ يُصَلِّي عِنْدَ الْبَيْتِ وَأَبُو جَهْلٍ وَأَصْحَابٌ لَهُ جُلُوسٌ إِذْ قَالَ بَعْضُهُمْ لِبَعْض أَيُّكُمْ يَجِيءُ بِسَلَى جَزُورِ بَنِي فُلاَنٍ فَيَضَعُهُ عَلَى ظَهْرِ مُحَمَّدٍ إِذَا سَجَدَ فَانْبَعَثَ أَشْقَى الْقَوْمِ فَجَاءَ بِهِ فَنَظَرَ حَتَّى سَجَدَ النَّبِيُّ صم وَضَعَهُ عَلَى ظَهْرِهِ بَيْنَ كَتِفَيْهِ وَأَنَا أَنْظُرُ لاَ أُغْنِي شَيْئًا لَوْ كَانَ لِي مَنَعَةٌ قَالَ فَجَعَلُوا يَضْحَكُونَ وَيُحِيلُ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَرَسُولُ اللَّهِ صم جِدٌ لاَ يَرْفَعُ رَأْسَهُ حَتَّى جَاءَتْهُ فَاطِمَةُ فَطَرَحَتْ عَنْ ظَهْرِهِ فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صم رَأْسَهُ ثُمَّ قَالَ اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِقُرَيْشٍ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَشَقَّ عَلَيْهِمْ إِذْ دَعَا عَلَيْهِمْ قَالَ وَكَانُوا يَرَوْنَ أَنَّ الدَّعْوَةَ فِي ذَلِكَ الْبَلَدِ مُسْتَجَابَةٌ ثُمَّ سَمَّى اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِأَبِي جَهْلٍ وَعَلَيْكَ بِعُتْبَةَ بْنِ رَبِيعَةَ وَشَيْبَةَ بْنِ رَبِيعَةَ وَالْوَلِيدِ بْنِ عُتْبَةَ وَأُمَيَّةَ بْنِ خَلَفٍ وَعُقْبَةَ بْنِ أَبِي مُعَيْطٍ وَعَدَّ السَّابِعَ فَلَمْ يَحْفَظْ قَالَ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ رَأَيْتُ الَّذِينَ عَدَّ رَسُولُ اللَّهِ صم صَرْعَى فِي الْقَلِيبِ قَلِيبِ بَدْرٍ

“Ketika Nabi sholat di Baitullah, sedang Abu Jahal dan para sahabatnya dududk disekitar Ka’bah, maka sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lainnya:”Siapakah diantara kalian yang mau membawa kototran sisa persalinan unta Bani Fulan kemudian meletakkannya di atas punggung Muhammad ketika ia sujud? Maka be-rangkatlah orang yang paling jahat untuk membawanya. Kemudian ia memperhatikan Nabi, sehingga ketika be-liau sujud, maka ia meletakkan kotoran itu di atas punggung dan kedua pundak beliau. Ibnu Mas’ud berkata:”Ketika itu saya berdiri melihat peristiwa itu. Kalau saja saya mampu untuk membuang kotoran itu, niscaya saya akan membuangnya.” Kemudian mereka mulai tertawa terbahak-bahak dan melompat kesana kemari saking gembiranya, sedangkan Rosulu-llah sujud dan tidak mengangkat kepalanya. Kemudian datanglah Fatimah kemudian melemparkan kotoran tersebut dari pung-gung beliau, maka Rosulpun mengangkat kepalanya. Se-telah Rosulullah slelesai sholat, maka belaiu berdo’a:”Ya Allah, tumpaslah orang-orang kafir Qurasy (sebanyak tiga kali). Kemudian merekapun berhenti tertawa karena mendengar do’a tersebut; karena mereka menganggap bahwa berdo’a dikota itu (Ka’bah) akan senantiasa dikabulkan. Kemudian beliau menyebut nama-nama yang beliau ajukan kepada Allah, agar mereka dibinasakan:”Ya Allah, tumpaslah Abu Jahal bi Hisyam, Uthbah bin Robi’ah, Syaibah bin Robi’ah, Al-Walid bin Uqbah, Umayyah bin Kholaf dan Uqbah bin Mus’ith. Beliau menyebutkan nama yang ketujuh namun saya(Ibnu Mas’ud) tidak ingat. Ibnu Mas’ud ber-kata:”Demi Allah, yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh aku telah melihat orang-orang yang telah disebutkan oleh Rosulullah dalam do’a beliau tersebut semuanya terbunuh dalam perang Badar.” [215]

3.      Sa-i

ثُمَّ رَكِبَ اْلقَصَوَاءَ حَتَّى وَقَفَ عَلَى اْلمَشْعَرِ اْلحَرَامِ وَاسْتَقْبَلَ اْلقِبْلَةَ فَدَعَا اللهَ وَ كَبَّرَهُ وَ هَلَّلَهُ وَ وَحَّدَهُ حَتَّى أَسْفَرَ جِدًا وَ بَعْدَ رَمَي اْلجُمْرَاتِ عَدَا جَمْرَةِ اْلعَقَبَةِ

“Kemudian beliau menaiki untanya “Qoshwa’” hingga tiba di Masy’aril Haram lalu menghadap kiblat dan ber-do’a kepada Allah, bertakbir, bertahlil dan mengucapkan kalimah tauhid sampai langit kekuning-kuningan sekali dan setelah melemparkan jumrah-jumrah selain jumroh Aqobah.” [216]

4.      Masjid

Ada hadist yang menerangkan akan keutamaan berdo’a di antara azan dan iqomat. Dan kebanyakan qoum muslimin pada waktu itu sudah berada di dalm masjid. Dan merupakan kelebihan dari hal ini adalah waktu dan tempat yang utama bersatu di dalam do’a antara azan dan iqomat, misalnya:

لاَ يُرَدُّ الدُّعَاءُ بَيْنَ اْلأَذَانِ وَاْلإِقَامَةِ

“Do’a yang dipanjatkan antara azan dan iqomah tidak akan tertolak.” [217]

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ اْلأَذَانِ وَاْلإِقَامَةِ قَالُوا فَمَاذَا نَقُولُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ سَلُوا اللَّهَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ

“Do’a yang dipanjatkan antara azan dan iqomah tidak akan tertolak,”Para shahabat bertanya:”Lantas apa yang seharusnya kita minta ketika itu, wahai Rosulullah?”Beliau menja-wab:”Mintalah kepada Allah Ta’ala keselamatan di dunia dan di akhirat.” [218]

دَعَا فِي مَسْجِدِ الْفَتْحِ ثَلاَثًا يَوْمَ اْلإِثْنَيْنِ وَيَوْمَ الثُّلاَثَاءِ وَيَوْمَ اْلأَرْبِعَاءِ فَاسْتُجِيبَ لَهُ يَوْمَ اْلأَرْبِعَاءِ بَيْنَ الصَّلَاتَيْنِ فَعُرِفَ الْبِشْرُ فِي وَجْهِهِ قَالَ جَابِرٌ فَلَمْ يَنْزِلْ بِي أَمْرٌ مُهِمٌّ غَلِيظٌ إِلاَّ تَوَخَّيْتُ تِلْكَ السَّاعَةَ فَأَدْعُو فِيهَا فَأَعْرِفُ اْلإِجَابَةَ

 “Pernah Rosulullah berdo’a didalam Masjid al-Fathu sebanyak tiga kali, yaitu pada hari senin, selasa dan rabu, maka Allah mengabulkan do’anya pada hari rabu diantara dua waktu sholat dan ketika itu terlihatlah kegembiraan di wajah beliau.”Jabir berkata:”Tidaklah terjadi padaku suatu perkara yang amat penting lagi berat dan aku ingin agar perkara itu terselesaikan ketika itu juga, naka aku berdo’a didalamnya sampai aku mengetahui bahwa do’aku terkabul.” [219]

أَسَمِعْتَ أَبَاكَ يُحَدِّثُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ فِي شَأْنِ الْجُمُعَةِ يَعْنِي السَّاعَةَ قَالَ قُلْتُ نَعَمْ سَمِعْتُهُ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ يَقُولُ هِيَ مَا بَيْنَ أَنْ يَجْلِسَ اْلإِمَامُ إِلَى أَنْ تُقْضَى الصَّلاَةُ قَالَ أَبُو دَاوُد يَعْنِي عَلَى الْمِنْبَرِ

“Apakah engkau pernah mendengar bahwa bapakmu meriwayatkan suatu hadits dari Rosulullah  mengenai keadaan jum’at, yaitu dimana waktu do’a terkabul?”Aku (Abu Burdah) menjawab:”Ya, aku pernah mendengarnya berkata:”Aku (Abu Musa) pernah mendengar Rosulullah bersabda:”Waktu itu terjadi antara duduknya imam sampai selesai sholat’ jum’at.”Abu Dawud berkata:”maksudnya adalah duduknya imam diatas mimbar.” [220]

Masjid yang mempunyai barokah, keistimewan dan terafdlon yang boleh untuk di ziyarahi di dunia ini ada tiga, yaitu

a.       Masjidil Haram

إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ

“ esungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia[*].” [221]

[*] Ahli kitab mengatakan bahwa rumah ibadah yang pertama dibangun berada di Baitul Maqdis, oleh karena itu Allah membantahnya.

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya[*] agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” [222]

[*] Maksudnya: Al Masjidil Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya dapat berkat dari Allah dengan diturunkan nabi-nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya.

صَلاَةٌ فِي اْلمَسْجِدِ اْلحَرَامِ مِائَةُ أَلْفِ صَلاَةٍ وَصَلاَةٌ فِي مَسْجِدِي أَلْفُ صَلاَةٍ وَفِي بَيْتِ اْلمَقْدِسِ خَمْسُمِائَةِ صَلاَةٍ

“Sholat dimasjidil Haram sama nilainya dengan seratus ribu kali sholat. Sholat di masjidku (Madinah) sama nilainya dengan seribu kali sholat. Dan sholat di masjid Baitul Maqdis sama dengan lima ratus kali sholat.” [223]

لاَ تُشَدُّ الرِّحَالَ إِلاَّ إلَى ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِي هَذَا وَالْمَسْجِدِ الأَقْصَى

“Tidak boleh mengadakan perjalanan keuali untuk mengunjungi ke tiga masjid, yaitu masjidil Haram, masjidku dan masjidil Aqsho.” [224]


b.      Masjidil Nabawi

صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى هَذَا أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلاَةٌ فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةٍ فِى مَسْجِدِى هَذَا بِمِائَةِ صَلاَةٍ

“Sholat di masjidku ini seribu kali lebih utama dari sholat di masjid-masjid lainnya kecuali di masjid Haram. Sedangkan sholat di masjidil Haram seratus kali lipat sholat di masjidku.” [225]

“Tidak boleh mengadakan perjalanan keuali untuk mengunjungi ke tiga masjid, yaitu masjidil Haram, masjidku dan masjidil Aqsho.” [226]

c.       Masjidil Aqsho

أَرْضُ الْمَحْشَرِ وَالْمَنْشَرِ ائْتُوهُ فَصَلُّوا فِيهِ فَإِنَّ صَلاَةً فِيهِ كَأَلْفِ صَلاَةٍ فِى غَيْرِهِ

“Tanah tempat berkumpul (Mahsyar) da berbangkit. Kunjungilah dan sholatlah di dalamnya! Karena sholat di dalamnya setara dengan seribu sholat di tempat lain.” [227]

 “Tidak boleh mengadakan perjalanan keuali untuk mengunjungi ke tiga masjid, yaitu masjidil Haram, masjidku dan masjidil Aqsho.” [228]

“Sholat dimasjidil Haram sama nilainya dengan seratus ribu kali sholat. Sholat di masjidku (Madinah) sama nilainya dengan seribu kali sholat. Dan sholat di masjid Baitul Maqdis sama dengan lima ratus kali sholat.” [229]

“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya[*] agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” [230]

[*] Maksudnya: Al Masjidil Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya dapat berkat dari Allah dengan diturunkan nabi-nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya.

5.      Kota

Allah Ta’ala telah memberikan kekhushushan pada sebagian manusia dan swbagia tempat dengan keberkahan yang banyak, diantara temapat yang diberkahai itu adalah sebagai berikut

a.       Mekah

اللّهُمَّ اجْعَلْ بِالْمَدِينَةِ ضِعْفَيْ مَا جَعَلْتَ بِمَكَّةَ مِنَ الْبَرَكَةِ

“Ya Allah, berkahilah Madinah dengan berlipat ganda, sebagaimana Engkau memberkahi Mekah.” [231]

اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْمَدِينَةَ كَحُبِّنَا مَكَّةَ أَوْ أَشَدَّ وَصَحِّحْهَا وَبَارِكْ لَنَا فِي صَاعِهَا وَمُدِّهَا وَانْقُلْ حُمَّاهَا فَاجْعَلْهَا بِالْجُحْفَةِ

”Ya Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah, sebagaimana kecintaan kami kepada Mekah atau lebih dari itu. Perbaikilah kota ini untuk kami dan berkahilah tanaman sho’ dan muddnya serta pindahkanlah penyakit demamnya ke Juhfah.” [232]  

b.      Madinah

“Ya Allah, berkahilah Madinah dengan berlipat ganda, seba-gaimana Engkau memberkahi Mekah.” [233]

”Ya Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah, sebagaimana kecin-taan kami kepada Mekah atau lebih dari itu. Perbaikilah kota ini untuk kami dan berkahilah tanaman sho’ dan muddnya serta pindahkanlah penyakit demamnya ke Juhfah.” [234]

c.       Palestina

“Tanah tempat berkumpul (Mahsyar) da berbangkit. Kunjungilah dan sholatlah di dalamnya! Karena sholat di dalamnya setara dengan seribu sholat di tempat lain.” [235]

“Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya[*] agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” [236]

[*] Maksudnya: Al Masjidil Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya dapat berkat dari Allah dengan diturunkan nabi-nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya.

d.      Syam

وَأَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِينَ كَانُوا يُسْتَضْعَفُونَ مَشَارِقَ الْأَرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا

“Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya[*] yang telah Kami beri berkah padanya.” [237]

[*] Maksudnya: negeri Syam dan Mesir dan negeri-negeri sekitar keduanya yang pernah dikuasai Fir'aun dahulu. sesudah kerjaan Fir'aun runtuh, negeri-negeri ini diwarisi oleh Bani Israil.

صَفْوَةُ اللهِ مِنْ أَرْضِهِ الشَّامُ وَفِيْهَا صَفْوَتُهُ مِنْ خَلْقِهِ وَعِبَادِهِ وَلَتَدْخُلَنَّ اْلجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي ثُلَّةٌ لاَ حِسَابَ عَلَيْهِمْ وَلاَ عَذَابَ

“Negeri Allah terpilih adalah Syam, di dalamnya terdapat orang-orang dan hamba-Nya yang terbaik. Ada sekelompok umatku yang pasti masuk surga tampa dihisab dan disiksa.” [238]

e.       Mesir

“Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya[*] yang telah Kami beri berkah padanya.” (Al-A’rof:137)

[*] Maksudnya: negeri Syam dan Mesir dan negeri-negeri sekitar keduanya yang pernah dikuasai Fir'aun dahulu. sesudah kerjaan Fir'aun runtuh, negeri-negeri ini diwarisi oleh Bani Israil.

Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang mema’na ini.



[1] HR Tirmizi
[2] HR Tirmizi, Ibnu Majah, Hakim dan Ibnu Hibban
[3] Muhammad/47: 38
[4] Al-Mu’nim/40: 60
[5] HR Ibnu Majah  
[6] Yunus: 106
[7] Al-Baqoroh/2: 23
[8] Al-Mu’nim/40: 60
[9] Yunus/10: 10
[10]Al-Isro/17: 52  
[11] Al-Isro/17 :110
[12] Al-Mu’nin/40: 60
[13] Al-An’am: 43
[14] Al-Baqoroh: 186
[15] Al-Fuurqon/25: 77
[16] HR Tirimizi, Ibnu Majah dan Hakim
[17] HR Tirmizi dan Abu Dawud
[18] HR Ibnu Majah
[19] HR Ahmad
[20] HR Muslim
[21]Al-A’raf: 55  
[22]HR Tirmizi dan Abu Dawud  
[23] Al-Mu’nin/40: 60
[24]HR Bukhori  
[25] Muhammad: 18
[26]Al-Jin/72:18  
[27] Al-Mu’min/40: 14
[28]HR Ahmad  
[29] Al-Fatihah: 5
[30] HR Nasaiy
[31] Al-Mulk : 2
[32] HR Bukhori
[33] Al-Baqoroh: 177
[34] HR Muslim
[35] HR Bukhori dan Ahmad
[36] Muttafaqun ’Alaih   
[37] Al-Anbiya’: 90
[38] Muttafaqun ’Alaih   
[39]Al-A’raf:180   
[40] Muttafaqun ’Alaih   
[41] HR Abu Dawud
[42] HR Tirmizi
[43] HR Thobroniy
[44] HR Ahmad
[45] HR Tirmizi
[46] HR Baihaqi, Nasaiy, Tirmizi, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad
[47] Muttafaqun ’Alaih   
[48]HR Tirmizi  
[49] HR Malik, Ahmad, Muslim, Abu Dawud, Tirmizi dan Nasaiy
[50] Muttafaqun ’Alaih   
[51] Muttafaqun ’Alaih   
[52] Majmu’ Fatawa wa Rasa’il Syaik Ibnu ‘Utsaymin 2/353
[53] Al-Fathir: 10
[54] Ali Imron: 193
[55]Lihat shohih Bukhori nomer hadist 2272 dan juga Muslim dari Ibnu Umar
[56] HR Bukhoriy
[57] Muttafaqun ’Alaih   
[58] HR Muslim, Tirmizi dan Ahmad
[59] Muttafaqun ’Alaih   
[60] HR Tirmizi, Hakim Thobroniy
[61] Muttafaqun ’Alaih   
[62] Az-Zumar/39: 54
[63] Al-Mu’minun: 51
[64] Al-Baqoroh: 172
[65] HR Muslim, Tirmizi dan Ahmad
[66] HR Tirmizi
[67]HR Muslim, Thobraniy, Hakim dan Ibnu Hibban  
[68] An-Nawawi, Al-Adzkar
[69] HR Tirmizi, Hakim dan Thobroniy
[70] HR Muslim dan Tirmizi
[71] Maryam: 2 dan 3
[72] Al-A’rof: 55
[73] Muttafaqun ’Alaih   
[74] Al-A’rof: 205
[75] Yusuf: 67
[76]HR Muslim  
[77] Syarah Muslim 18/100-102
[78] Syarah Riyadlush Sholihin 6/200 oleh Syaik ‘Utsayymin
[79] HR Muslim, Ibnu Majah dan Baihaqi
[80] HR Ahmad dan Thobroniy
[81] HR Muslim   
[82] HR Muslim  
[83] HR Al-Bazzar
[84] Al-Isro/17: 74
[85] Hud/11: 113  
[86] Hud/11:80
[87] Adz-Dzariyat/51: 39
[88] Al-Anbiyaa: 87 dan 88
[89] An-Naml/27: 59
[90] Muttafaqun ’Alaih   
[91]HR Muslim  
[92] Al-‘Ahzab/33: 56
[93]HR An-Nasaiy, Ath-Thobroniy dan Ibnu Sunniy  
[94]HR Tirmizi, Ibnu Hibban dan Hakim  
[95] HR Tirmizi
[96] HR Tirmizi
[97] HR Ahmad
[98] HR Ahmad, An-Nasaiy dan Ibnu Hibban  
[99] HR Thobroniy
[100] HR Tirmizi, Thobroniy dan Bukhoriy di kitab Tarikh al-Kabiir
[101] HR Thobroniy
[102] HR Ahmad
[103] HR Ahmad
[104]HR Nasaiy  
[105] Asy-Syifa’ 1/30, 2/61
[106] Muttafaqun ’Alaih   
[107] Muttafaqun ’Alaih   
[108] HR Bukhoriy no. 889, 2757 dan Muslim no. 2769
[109] At-Taubah: 118
[110] HR Tirmizi dan Ahmad
[111] HR Ahmad
[112] Muttafaqun ’Alaih   
[113] HR Thobroniy
[114] Al-Adzkar, An-Nawawi
[115] HR Baihaqi, Hakim dan Ibnu Khuzaimah
[116]HR Tirmizi dan Abu Dawud  
[117]HR Thobrani  
[118] HR Abu Dawud, Ahmad dan Hakim
[119] HR Hakim
[120] Muttafaqun ’Alaih   
[121] HR Abu Dawud dan Ibnu Hibban
[122] HR Abu Dawud
[123]HR Bukhoriy  
[124] HR Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad
[125] Muttafaqun ’Alaih   
[126] HR Muslim
[127] HR. Abu Daud
[128] HR Abu Dawud, Tirmizi, Ibnu Majah dan Thobroniy
[129] HR Abu Dawud
[130] HR Muslim, Tirmizi dan Baihaqiy
[131]HR Muslim  
[132] HR Abu Dawud, Tirmizi dan Ahmad
[133] An-Naml: 62
[134] HR Muslim
[135]HR Muslim  
[136] Muttafaqun ’Alaih   
[137] Muttafaqun ’Alaih   
[138] HR Muslim, Abu Dawud, Tirmizi dan Ahmad
[139] HR Tirmizi
[140] HR Tirmizi
[141] Ibrohim: 41
[142] Al-A’rof: 151
[143] Al-Hasyr:10
[144] Muhammad: 19
[145] Nuh/71:28
[146] HR Muslim, Tirmizi, An-Nasay,  Ibnu Hiban dan Abu Dawud
[147] Al-A’raf: 12
[148] Al-Ma’un/107: 6-7
[149] Al-A’rof: 118
[150] Al-Isro/17: 81
[151] HR Muslim, Tirmizi dan Ahmad
[152]Yunus: 88-89  
[153] HR Malik, Bukhoriy, Muslim, Abu Dawud, Tirmizi dan Ahmad
[154] HR Muslim, Tirmizi dan Ahmad
[155] HR Thobrani
[156] HR Baihaqi, Hakim dan Ibnu Khuzaimah
[157]Al-Baqoroh: 282  
[158]  Ibnu Abdil Bar, Jami’ Bayanul ilmi 1/196
[159] HR Tirmizi HR Tirmizi
[160] HR Muslim, Tirmizi dan Baihaqiy
[161] Ibrohim/14: 42-43
[162] Ali Imron: 178
[163]Al-Hajj/22: 47-48  
[164] HR Abu Dawud, Tirmzi dan Ahmad
[165] HR Muslim, Tirmizi, An-Nasai dan Ahmad
[166]HR Abu Dawud, Tirmzi dan Ahmad  
[167] Muttafaqun ’Alaih   
[168] HR Tirmizi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Ibnu Khuzaimah dan Ahmad
[169]HR  Tirmizi, Ibnu Majah, Ahmad, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban  
[170] Yunus: 22
[171] An-Naml: 62
[172] HR Muslim, Baihaqi, Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah
[173] HR Ahmad
[174] HR abu Dawud, Tirmizi dan Ahmad
[175] HR Abu Dawud, Nasaiy dan Ahmad
[176] HR Bukhoriy, Abu Dawud, Nasaiy, Ahmad, Baihaqi dan Ibnu Hibban
[177] HR Ibnu Majah dan Ahmad
[178] HR Baihaqiy dan Ath-Thobraniy
[179] Muttafaqun ’Alaih   
[180] Az-Zumar: 8
[181] Yunus: 12
[182]HR Ahmad dan Hakim  
[183]HR Tirmizi  
[184] HR Tirmizi, Ahmad dan Nasaiy
[185] HR Abu Dawud, Baihaqi dan Thobroniy
[186] Muttafaqun ‘Alaih
[187] HR Ibnu Majah dan Ahmad
[188] HR Muslim, Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah
[189]HR Muslim, Abu Dawud dan Nasa-iy  
[190] HR Muslim
[191] Muttafaqun ’Alaih   
[192] HR Ahnad dan Abu Ya’la
[193]HR Tirmizi dan An-Nasai  
[194]Ali Imron: 17  
[195] Adz-Dzariyat: 17 dan 18
[196] HR Tirmizi, Nasaiy, Ibnu Khuzaimah dan Hakim
[197] Muttafaqun ‘Alaih
[198] Al-Anfal: 45
[199] HR Abu Dawud, Darimi, Ibnu Khuuzaimah dan Hakim
[200] Al-Baqoroh: 186
[201] HR Tirmizi, Ibnu Majah, Nasaiy dan Ahmad
[202] HR Ibnu Majah dan Ahmad
[203] HR Ahmad, Baihaqi, Hakim dan Thobraniy
[204] HR Ahmad
[205] HR Baihaqi dan Ibnu Hibban
[206] Fatwa Lajnah Da’immah no.3861
[207] HR Abu Dawud dan Hakim
[208]HR Ahmad, Tirmizi dan An-Nasaiy  
[209] HR Muslim
[210] HR Malik, Muslim, Abu Dawud, Tirmizi, An-Nasaiy, Ibnu Ma-jah, Ahmad dan Baihaqi
[211]HR Baihaqiy
[212]Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah: 23/98-99  
[213] HR Ibnu Majah dan Ahmad
[214] HR Baihaqi
[215]HR Bukhoriy  
[216] Ibid
[217] HR abu Dawud, Baihaqi dan Thobroniy
[218] HR Tirmizi, Ahmad dan Nasaiy
[219] HR Ahmad
[220] HR Muslim, Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah
[221] Ali Imron: 96
[222] Al-Isro: 1
[223] HR Baihaqi
[224] HR Jama’ah
[225] HR Ahmad
[226] HR Jama’ah
[227] HR Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah
[228] HR Jama’ah
[229] HR Baihaqi
[230] Al-Isro: 1
[231] Muttafaqun ’Alaih   
[232] Muttafaqun ’Alaih   
[233] Muttafaqun ’Alaih   
[234] Muttafaqun ’Alaih  
[235] HR Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah
[236] Al-Isro: 1
[237] Al-A’rof:137
[238] HR Thobroniy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar